Paris Menggali Energi Panas Bumi

Sebuah proyek baru berskala besar tengah berlangsung di kota metropolitan Paris untuk menyediakan pemanas ramah lingkungan bagi seluruh distrik dengan menyedot dan menyalurkan air panas dari perut bumi. Air panas geothermal itu bersumber dari kedalaman sekitar dua kilometer di dalam bumi.

Pengeboran dimulai di utara kota, tepatnya di sebuah gedung terlantar yang sudah tak dihuni lagi yang diapit jalan raya yang padat dan kanal Saint-Denis. “Di Paris, kami mencoba untuk mengadopsi strategi yang telah terlebih dulu dilakukan oleh negara Eropa lainnya, dan Paris tertinggal jauh di belakang karena kami kurang berinvestasi pada energi yang dapat diperbarui,” kata Denis Baupin, seorang deputi walikota Paris, pekan lalu.

Pada lokasi konstruksi tersebut, sebuah tiang kuning setinggi 36 meter berdiri di atas sekumpulan mesin yang biasanya digunakan untuk mengebor minyak. Kali ini yang pengeboran bukan untuk mencari emas hitam itu, melainkan air panas. “Makin dalam Anda menggali, makin panas airnya,” kata Michel Galas dari CPCU, perusahaan pemanas kota yang melakukan proyek itu.

Setelah selesai nanti, lubang pengeboran itu akan menembus 1,7 kilometer ke dalam bumi. Pada kedalaman itu terdapat sebuah lapisan batuan geologi yang disebut Dogger, tempat air dipanaskan secara alami sampai 57 derajat Celsius, akan disedot naik ke permukaan. Air ini tak langsung disalurkan ke konsumen, melainkan digunakan untuk memanaskan cadangan air lainnya.

Air inilah yang akan dipompakan ke sejumlah apartemen untuk memanaskan radiator dan menghasilkan air panas. “Energinya 100 persen dapat diperbarui,” kata Galas, “Pengeboran akan berlangsung siang dan malam sekitar 100 hari untuk mencapai kedalaman yang diinginkan.”

Skema ini akan memanaskan sekitar 12.000 apartemen dan bangunan lain yang akan selesai dibangun pada 2011 di daerah hunian baru di distrik ke-19 kota itu. Proyek itu diperkirakan akan menghisap anggaran 31 juta euro. Sekitar lima juta euro di antaranya berasal dari badan lingkungan dan dewan regional.

Penggunaan sumber energi alami ini akan mengurangi emisi gas karbon dioksida 14.000 ton per tahun ke langit Paris yang saat ini sudah dikotori polusi udara yang cukup parah. Jumlah itu hampir setara dengan emisi CO2 yang dikeluarkan sebuah mobil standar ketika menempuh perjalanan sejauh 470 ribu kilometer, atau jauh lebih panjang dibanding jarak bumi ke bulan. Jumlah energi itu juga memasok 54 persen energi yang diperlukan daerah baru tersebut.


Galas mengatakan pada tahun 1970-an sampai 1980-an terdapat lebih dari 30 lokasi yang menggunakan energi geothermal di wilayah Paris. “Sampai 25 tahun tak ada proyek baru karena harga satu barrel minyak terus turun, namun dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan kesadaran tentang isu lingkungan, ditambah lagi adanya kenaikan harga minyak,” ujarnya.

Dengan diletakkannya isu lingkungan di barisan atas agenda politik Presiden Prancis Nicolas Sarkozy, ditambah dukungan dari dewan kota, Paris siap kembali ke geothermal. Pemanfaatan energi geothermal sebenarnya telah dilakukan sejak masa Romawi untuk memanaskan bangunan. Mereka menggunakan energi yang berasal dari perut bumi seperti terlihat pada gunung berapi, geyser dan sumbe air panas.

Air panas yang naik ke permukaan juga dapat digunakan untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik, jika panasnya tidak terlampau tinggi. Di Islandia, sekitar seperempat listrik yang digunakan di negara pulau itu berasal dari pembangkit listrik tenaga panas bumi. Panas bumi juga dimanfaatkan untuk menyediakan air panas dan pemanas di sebagaian besar bangunan di negara tersebut.

Kondisi geologi Prancis tidak memungkinkan pemanfaatan energi geothermal seperti yang dilakukan Islandia, namun masih banyak potensi yang belum dimanfaatkan. Saat ini sekitar 170.000 perumahan di Prancis telah memakai pemanas geothermal, tetapi pemerintah berencana untuk melipatgandakan jumlahnya sampai enam kali lipat pada 2020. Kawasan Paris, Alsace di sebelah timur dan Aquitaine di sebelah barat daya adalah wilayah yang secara geologis cocok untuk proyek semacam itu.

Baupin, deputi walikota Paris yang bertanggung jawab atas pembangunan berkelanjutan di kota itu mengatakan bahwa proyek kedua tengah dibangun di utara kota. Tahun lalu, bandar udara Orly di Paris juga mengumumkan rencana pemanfaatan energi panas bumi untuk memangkas biaya pemanasnya.

Galas tidak bisa menyebutkan perbandingan biaya penggunaan energi panas bumi dengan gas atau atau minyak bumi, namun ia memastikan bahwa pemanas geothermal lebih kompetitf daripada gas.

Baupin mengatakan bahwa mereka tidak bermaksud menyediakan semua energi yang dibutuhkan Paris. “Itu terlalu ambisius,” katanya. “Namun kami bertujuan untuk menyiapkan diri agar tidak terlalu rapuh menghadapi krisis energi di masa depan.
sumbr : tempo

0 komentar: