0 komentar

Hubble "Tangkap" Naga di Luar Angkasa

Teleskop luar angkasa Hubble merekam citra sebuah bayangan berbentuk mirip seperti naga. Selain itu, teleskop yang baru diperbaiki tersebut juga menemukan sejumlah keajaiban luar angkasa lainnya.

Pekan lalu, tepatnya pada Rabu (9/9/2009) lalu para ilmuwan merilis gambar-gambar terbaru yang direkam oleh teleskop Hubble.

Salah satu yang paling menarik dan membuat para ilmuwan takjub adalah gambar sebuah galaksi yang yang menyerupai bentuk naga dalam sebuah bayangan kosmis.

Sebenarnya, gambar tersebut merupakan citra dari sebuah galaksi spiral biasa, namun cahaya sinar membuatnya membentuk lekukan dan berbelok-belok menyerupai naga.

"Gambar Hubble terbaru menunjukkan keadaan galaksi yang lebih rinci dari sebelumnya," kata david Leckorne dari Goddard Space Flight Center NASA di Maryland seperti dikutip dari New Scientist, Senin (14/9/2009).

Gambar ini diabadikan menggunakan kamera canggih milik Hubble yang baru saja diperbaiki pada Mei silam. Selain gambar 'naga' tersebut, NASA juga merilis gambar kelompok bintang beraneka warna, sebentuk bintang nebula, dan sekelompok galaksi yang saling berinteraksi.

Astronot Scott Altman yang terlibat dalam misi perbaikan Hubble Mei lalu menyatakan kekagumannya atas gambar-gambar yang dihasilkan Hubble.

"Gambar-gambar ini sungguh mengesankan saya dan seluruh anggota tim misi perbaikan Hubbe," kata Altman. (rah)

Okezone
0 komentar

Sejarah Televisi


Pada tahun 1873 seorang operator telegram menemukan bahwa cahaya mempengaruhi resistansi elektris selenium. Ia menyadari itu bisa digunakan untuk mengubah cahaya kedalam arus listrik dengan menggunakan fotosel silenium (selenium photocell)

Kemudian piringan metal kecil berputar dengan lubang-lubang didalamnya ditemukan oleh seorang mahasiswa yang bernama Paul Nipkow di Berlin, Jerman pada tahun 1884 dan disebut sebagai cikal bakal lahirnya televisi. Sekitar tahun 1920 John Logie Baird dan Charles Francis Jenkins menggunakan piringan karya Paul Nipkow untuk menciptakan suatu sistem dalam penangkapan gambar, transmisi, serta penerimaannya. Mereka membuat seluruh sistem televisi ini berdasarkan sistem gerakan mekanik, baik dalam penyiaran maupun penerimaannya. Pada waktu itu belum ditemukan komponen listrik tabung hampa (Cathode Ray Tube)

Televisi elektronik agak tersendat perkembangannya pada tahun-tahun itu, lebih banyak disebabkan karena televisi mekanik lebih murah dan tahan banting. Bukan itu saja, tetapi juga sangat susah untuk mendapatkan dukungan finansial bagi riset TV elektronik ketika TV mekanik dianggap sudah mampu bekerja dengan sangat baiknya pada masa itu. Sampai akhirnya Vladimir Kosmo Zworykin dan Philo T. Farnsworth berhasil dengan TV elektroniknya.
Dengan biaya yang murah dan hasil yang berjalan baik, orang-orang mulai melihat kemungkinan untuk

Vladimir Zworykin, yang merupakan salah satu dari beberapa pakar pada masa itu, mendapat bantuan dari David Sarnoff, Senior Vice President dari RCA (Radio Corporation of America).
Sarnoff sudah banyak mencurahkan perhatian pada perkembangan TV mekanik, dan meramalkan TV elektronik akan mempunyai masa depan komersial yang lebih baik. Selain itu, Philo Farnsworth juga berhasil mendapatkan sponsor untuk mendukung idenya dan ikut berkompetisi dengan Vladimir.

TV ELEKTRONIK
Baik Farnsworth, maupun Zworykin, bekerja terpisah, dan keduanya berhasil dalam membuat kemajuan bagi TV secara komersial dengan biaya yang sangat terjangkau. Di tahun 1935, keduanya mulai memancarkan siaran dengan menggunakan sistem yang sepenuhnya elektronik. Kompetitor utama mereka adalah Baird Television, yang sudah terlebih dahulu melakukan siaran sejak 1928, dengan menggunakan sistem mekanik seluruhnya. Pada saat itu sangat sedikit orang yang mempunyai televisi, dan yang mereka punyai umumnya berkualitas seadanya. Pada masa itu ukuran layar TV hanya sekitar tiga sampai delapan inchi saja sehingga persaingan mekanik dan elektronik tidak begitu nyata, tetapi kompetisi itu ada disana.

TV RCA, Tipe TT5 1939, RCA dan Zworykin siap untuk program reguler televisinya, dan mereka mendemonstrasikan secara besar-besaran pada World Fair di New York. Antusias masyarakat yang begitu besar terhadap sistem elektronik ini, menyebabkan the National Television Standards Committee [NTSC], 1941, memutuskan sudah saatnya untuk menstandarisasikan sistem transmisi siaran televisi di Amerika. Lima bulan kemudian, seluruh stasiun televisi Amerika yang berjumlah 22 buah itu, sudah mengkonversikan sistemnya kedalam standard elektronik baru.

Pada tahun-tahun pertama, ketika sedang resesi ekonomi dunia, harga satu set televisi sangat mahal. Ketika harganya mulai turun, Amerika terlibat perang dunia ke dua. Setelah perang usai, televisi masuk dalam era emasnya. Sayangnya pada masa itu semua orang hanya dapat menyaksikannya dalam format warna hitam putih.

TV BERWARNA
Sebenarnya CBS sudah lebih dahulu membangun sistem warnanya beberapa tahun sebelum rivalnya, RCA. Tetapi sistem mereka tidak kompatibel dengan kebanyakan TV hitam putih diseluruh negara.CBS yang sudah mengeluarkan banyak sekali biaya untuk sistem warna mereka harus menyadari kenyataan bahwa pekerjaan mereka berakhir sia-sia. RCA yang belajar dari pengalaman CBS mulai membangun sistem warna menurut formatnya. Mereka dengan cepat membangun sistem warna yang mampu untuk diterima pada sistem warna dan sistem hitam putih. Setelah RCA memamerkan kemampuan sistem mereka, NTSC membakukannya untuk siaran komersial thn 1953.

Berpuluh tahun kemudian hingga awal milenium baru abad 21 ini, orang sudah biasa berbicara lewat telepon selular digital dan mengirim e-mail lewat jaringan komputer dunia, tetapi teknologi televisi pada intinya tetap sama. Tentu saja ada beberapa perkembangan seperti tata suara stereo dan warna yang lebih baik, tetapi tidak ada suatu lompatan besar yang mampu untuk menggoyang persepsi orang tentang televisi. Tetapi semuanya secara perlahan mulai berubah, televisi secara bertahap sudah memasuki era digital.

sumber : di SINI
0 komentar

Dr. Richard Jordan Gatling, Penemu Senjata Mesin Paling Mengerikan Didunia

Dalam dunia militer, senapan mesin Galling Gun dianggap sebagai pelopor senapan mesin pertama di dunia. Keganasan senjata pembunuh ini telah teruji pada saat perang saudara Amerika pada abad ke-18. Uniknya, orang yang menciptakan senjata mematikan ini bukan dari kalangan ilmuwan atau saintis, tetapi seorang dokter gigi yang bernama Richard Jordan Galling.
Richard lahir 12 September 1818 di Hertford County, sebelah utara Carolina, AS. Ia dibesarkan dalam lingkungan keluarga petani dan inovator. Selain ahli di bidang pertanian, ayahnya juga termasuk orang yang kreatif dalam bidang penemuan.
Dalam kehidupannya, Richard termasuk orang yang beruntung pada masa itu, Orang tuanya memiliki status ekonomi yang cukup mapan dan menikmati pendidikan inlelektual di bangku sekolah. Bahkan sebelum lulus kuliah, ia berhasil menciptakan sekrup untuk baling-baling yang digunakan unluk kapal uap.
Pada 1850, ia berhasil mendapatkan titel setelah lulus dari universitas kedokleran Ohio, sebagai dokler gigi. Meski demikian, ia tidak tertarik untuk mengamalkan ilmunya. Minat di bidang penemuan begitu kuat sehingga memotivasinya untuk terus menciptakan penemuan baru. Tekad yang kuat itu berbuah manis. Dari tangan kreatifnya pun banyak menghasilkan penemuan yang lebih kepada kepentingan publik. Salah satunya alat pembersih bulu domba menggunakan uap.

Menciptakan Catling Gun

Pada tahun 1861, perang sipil di Amerika Serikat pecah. Perang saudara ini melibatkan sekelompok warga dari negara bagian yang ingin memisahkan diri dari negara AS. Perang yang menimbulkan banyak korban menarik perhatian Richard untuk menciptakan sesuatu. Ia begitu prihatin setiap harinya para prajurit berangkat ke garis depan peperangan hanya unluk kemudian kembali dengan kondisi cacat, sakit, atau mati.
Lalu, Richard berinisiatif untuk menciptakan suatu benda yang dapat “meringankan” penderitaan perang atau bahkan mengakhiri perang itu sendiri. Richard berpikir bahwa banyaknya prajurit yang terluka alau mati di medan perang dapat dikurangi jika ia berhasil membuat suatu “alat pembunuh” yang lebih efektif.
Ia kemudian menggambarkan hasij rancangannya, namun hasil rancangannya ini baru ia patenkan pada 9 Mei 1865. Setelah melakukan beberapa kali percobaan, pada 1861, ia berhasil menciptakan senjata yang diberi nama Gatling Gun yang berarti senjala mesin beral yang memiliki beberapa barel berputar dan diputar oleh putaran tangan. Bentuk dan ukurannya hampir sebesar meriam kanon dan biasanya menggunakan roda untuk memudahkan pengangkutan senjata ini. Senjata ini dapat menembakkan 200 peluru per menit.Senjala tersebut harus dapat dioperasikan oleh beberapa orang saja, namun efektivitasnya sama dengan ratusan prajurit dengan senjata biasa. Ia berharap pada akhirnya jumlah prajurit yang maju ke medan perang dapat dikurangi. Dengan senjata barunya yang dahsyat itu, Richard juga berharap agar berbagai pihak yang bertikai menjadi sadar akan buasnya peperangan sehingga terdorong untuk mengambil jalan perdamaian.
Untuk menjual senjata secara resmi, pada 1862. ia mendirikan perusahaan The Galling Gun di Indianapolis, Indiana. Meskipun demikian, usahanya ini tidak menarik minat pemerintah AS. Bahkan, pemerintah AS secara tegas menolak untuk membeli senjala ini. Sebab, senjata yang bisa membunuh banyak orang tidak praktis dalam hal mekanisme penembakan disebabkan tidak memiliki pelatuk. Selain itu, senjata buatan Richard terlalu berat untuk disiapkan secara cepat dalam medan tempur. Bahkan dengan peningkatan rancangan, senapan Galling tetap tidak memiliki pelatuk dan memiliki berat 41 kg.
Meskipun begitu, seorang jendral Unionis Benjamin Butler tertarik untuk menggunakan senjata mesin. Ia pun memerintahkan anak buahnya untuk membeli dua belas dan menggunakannya dalam Pengepungan Petersburg. Pada saat debut senapan ini, para prajurit dari kedua belah pihak terkejut oleh kekuatan dan daya rusak senjata ini. Senjata ini kemudian digunakan secara terbatas oleh Angkatan Bersenjata Unionis pada saat akhir perang.

Kian canggih

Karya Richard ini melampaui zamannya. Senjata model Galling Gun yang dide- sain pertama kali tahun 1861 semakin canggih. Pada pertengaban abad ke-20, senjata mesin mini model Galling yang lebih canggih yang dipakai tentara Amerika Serikat di Perang Vietnam. Kemudian senjata Galling Gun diadaptasi oleh helikopter jenis UH-1 Huey.
Senjata ini mencapai kematangan sebagai sistem persenjataan semasa peperangan di Vietnam. Galling Gun memberikan kadar tembakan melebihi 6.000 tembakan peluru per menit (rounds per minute). Istilah senapan Galling masih sering digunakan sekarang ini untuk menunjuk kepada meriam dengan barel berputar seperti meriam auto M61 Vulcan 20 mm.
Pada tanggal 26 Februari 1903, Dr. Richard Jordan Gatling meninggal di rumah adik perempuannya. Ia meninggal karena usianya yang sudah tua. Di sebagian besar literatur, senjata yang dirancang Richard ini merupakan salah satu senjata mengerikan yang ditakuti pada masanya.

sumber : ceritakanlah.com
0 komentar

Tentang Aids

Virus HIV AIDS sebenarnya bukan berasal dari simpanse, tetapi ciptaan para ilmuwan yang kemudian diselewengkan melalui rekayasa tertentu untuk memusnahkan etnis tertentu. (Jerry D. Gray, Dosa-dosa Media Amerika – Mengungkap Fakta Tersembunyi Kejahatan Media Barat, Ufuk Press 2006 h. 192)


Tulisan Allan Cantwell, Jr. M.D. ini mengungkapakan rahasia asal-usul AIDS dan HIV, juga bagaimana ilmuwan menghasilkan penyakit yang paling menakutkan kemudian menutup-nutupinya.

“Teori” Monyet Hijau
1.Tidak sedikit orang yang sudah mendengar teori bahwa AIDS adalah ciptaan manusia. Menurut The New York Times yang terbit 29 Oktober 1990, tiga puluh persen penduduk kulit hitam di New York City benar-benar percaya bahwa AIDS adalah “senjata etnis” yang didesain di dalam laboratorium untuk menginfeksi dan membunuh kalangan kulit hitam. Sebagian orang bahkan menganggap teori konspirasi AIDS lebih bisa dipercaya dibandingkan teori monyet hijau Afrika yang dilontarkan para pakar AIDS. Sebenarnya sejak tahun 1988 para peneliti telah membuktikan bahwa teori monyet hijau tidaklah benar. Namun kebanyakan edukator AIDS terus menyampaikan teori ini kepada publik hingga sekarang. Dalam liputan-liputan media tahun 1999, teori monyet hijau telah digantikan dengan teori simpanse di luar Afrika. Simpanse yang dikatakan merupakan asal-usul penyakit AIDS ini telah diterima sepenuhnya oleh komunitas ilmiah.

2. “Pohon keturunan” filogenetik virus primata (yang hanya dipahami segelintir orang saja) ditampilkan untuk membuktikan bahwa HIV diturunkan dari virus primata yang berdiam di semak Afrika. Analisis data genetika virus ditunjukkan melalui “supercomputer” di Los Alamos, Mexico, menunjukkan bahwa HIV telah “melompati spesies’, dari simpanse ke manusia sekitar tahun 1930 di Afrika.

Catatan penting: Los Alamos kebetulan saja merupakan sentra pembuatan bom nuklir, hasil persekutuan mata-mata Cina, dan laboratorium tempat dilakukannya eksperimen rahasia radiasi manusia terhadap penduduk sipil yang tidak merasa curiga. Eksperimen ini telah dilakukan sejak tahun 1940-an hingga awal epidemik AIDS.

Eksperimen Hepatitis B Pra-AIDS kepada Pria Gay (1978-1981)
Ribuan pria gay mendaftar sebagai manusia percobaan untuk eksperimen vaksin hepatitis B yang “disponsori pemerintah AS” di New York, Los Angeles, dan San Fransisco. Setelah beberapa tahun, kota-kota tersebut menjadi pusat sindrom defisiensi kekebalan terkait gay, yang belakangan dikenal dengan AIDS. Di awal 1970-an, vaksin hepatitis B dikembangkan di dalam tubuh simpanse. Sekarang hewan ini dipercaya sebagai asal-usul berevolusinya HIV. Banyak orang masih merasa takut mendapat vaksin hepatitis B lantaran asalnya yang terkait dengan pria gay dan AIDS. Para dokter senior masih bisa ingat bahwa eksperimen vaksin hepatitis awalnya dibuat dari kumpulan serum darah para homoseksual yang terinfeksi hepatitis.

Kemungkinan besar HIV “masuk” ke dalam tubuh pria gay selama uji coba vaksin ini. Ketika itu, ribuan homoseksual diinjeksi di New York pada awal 1978 dan di kota-kota pesisir barat sekitar tahun 1980-1981.

Apakah jenis virus yang terkontaminasi dalam program vaksin ini yang menyebabkan AIDS? Bagaimana dengan program WHO di Afrika? Bukti kuat menunjukkan bahwa AIDS berkembang tak lama setelah program vaksin ini. AIDS merebak pertama kali di kalangan gay New York City pada tahun 1979, beberapa bulan setelah eksperimen dimulai di Manhattan. Ada fakta yang cukup mengejutkan dan secara statistik sangat signifikan, bahwa 20% pria gay yang menjadi sukarelawan eksperimen hepatitis B di New York diketahui mengidap HIV positif pada tahun 1980 (setahun sebelum AIDS menjadi penyakit “resmi’). Ini menunjukkan bahwa pria Manhattan memiliki kejadian HIV tertinggi dibandingkan tempat lainnya di dunia, termasuk Afrika, yang dianggap sebagai tempat kelahiran HIV dan AIDS. Fakta lain yang juga menghebohkan adalah bahwa kasus AIDS di Afrika yang dapat dibuktikan baru muncul setelah tahun 1982. Sejumlah peneliti yakin bahwa eksperimen vaksin inilah yang berfungsi sebagai saluran tempat “berjangkitnya” HIV ke populasi gay di Amerika. Namun hingga sekarang para ilmuwan AIDS mengecilkan koneksi apapun antara AIDS dengan vaksin tersebut.

Umum diketahui bahwa di Afrika, AIDS berjangkit pada orang heteroseksual, sementara di Amerika Serikat AIDS hanya berjangkit pada kalangan pria gay. Meskipun pada awalnya diberitahukan kepada publik bahwa “tak seorang pun kebal AIDS”, faktanya hingga sekarang ini (20 tahun setelah kasus pertama AIDS), 80% kasus AIDS baru di Amerika Serikat berjangkit pada pria gay, pecandu narkotika, dan pasangan seksual mereka. Mengapa demikian? Tentunya HIV tidak mendiskriminasi preferensi seksual atau ras tertentu. Apakah benar demikian? Keserupaan dengan FLU Burung
Di pertengahan tahun 1990-an, para ahli biologi berhasil mengidentifikasi setidaknya 8 subtipe (strain) HIV yang menginfeksi berbagai orang di seluruh dunia. Telah terbukti, strain B adalah strain pra dominan yang menginfeksi gay di AS. Strain HIV ini lebih cenderung menginfeksi jaringan rektum, itu sebabnya para gay yang cenderung menderita AIDS dibandingkan non-gay

Sebaliknya, Strain HIV yang umum dijumpai di Afrika cenderung menginfeksi vagina dan sel serviks (leher rahim), sebagaimana kulup penis pria. Itu sebabnya, di Afrika, HIV cenderung berjangkit pada kalangan heteroseksual.

Para pakar AIDS telah memeberitahukan bahawa AIDS Amerika berasal dari Afrika, padahal Strain HIV yang umum dijumpai di kalangan pria gay nyaris tak pernah terlihat di Afrika! Bagaimana bisa demikian? Apakah sebagian Strain HIV direkayasa agar mudah beradaptasi ke sel yang cenderung menginfeksi kelamin gay?

Telah diketahui, pria ilmuwan SCVP (Special Virus Cancer Program) mampu mengadaptasi retrovirus tertentu agar menginfeksi jenis sel tertentu. Tak kurang sejak tahun 1970, para ilmuwan perang biologis telah belajar mendesain agen-agen (khususnya virus) tertentu yang bisa menginfeksi dan menyerang sel kelompok rasial “tertentu”. Setidaknya tahun 1997, Stephen O’Brien dan Michael Dean dari Laboratorium Keanekaragaman Genom di National Cancer Institute menunjukkan bahwa satu dari sepuluh orang kulit putih memiliki gen resisten-AIDS, sementara orang kulit hitam Afrika tidak memiliki gen semacam itu sama sekali. Kelihatannya, AIDS semakin merupakan “virus buatan manusia yang menyerang ras tertentu” dibandingkan peristiwa alamiah.

Berkat bantuan media Amerika, virus ini menyebar ke jutaan orang tertentu di seluruh dunia sebelum segelintir orang mulai waspada akan kejahatan di balik penciptaan virus ini. Di tahun 1981, pejabat kesehatan memastikan “masyarakat umum” bahwa tak ada yang perlu dikhawatirkan. “AIDS adalah penyakit gay” adalah jargon yang sering dikumandangkan media.

Setidaknya tahun 1987, Robert Gallo memberitahu reporter Playboy, David Black, “Saya pribadi belum pernah menemukan satu kasus pun (di Amerika) dimana pria terkena virus (AIDS) dari seorang wanita melalui hubungan intim heteroseksual .” Gallo melanjutkan, “AIDS tak akan menjadi bahaya yang tak bisa teratasi bagi masyarakat umum.” Apakah ini sekedar spekulasi ataukah Gallo mengetahui sesuatu yang tidak ia ceritakan?

sumber : ceritakan.com
0 komentar

Bumi Kita Terbuat Dari Apa Yah??

Sekarang mari kita mempertimbangkan hal ini sedikit lebih rinci. Bagian luar kulit bumi adalah kulit batuan yang tebalnya kira-kira 10 sampai 30 mil. Kulit ini kadang-kadang disebut “litosfir”. Bagian-bagian yang tinggi dari kulit ini adalah benua-benua, dan bagian-bagian yang rendah menampung air samudera-samudera, laut-laut dan danau-danau dalam yang besar. Semua air yang ada di atas permukaan, termasuk yang ada di samudera-samudera, danau-danau, sungai-sungai, dan semua aliran yang lebih kecil, disebut “hidrosfir”.

Manusia hanya mampu mengamati bagian yang paling jauh dari kulit batuan yang membentuk bagian luar kulit bumi, dan itulah sebabnya mengapa begitu sulit untuk mengetahui bagaimana rupa bumi pada bagian dalamnya. Dalam sumur-sumur pemboran dan tambang-tambang penggalian, telah ditemukan bahwa semakin dalam sebuah lubang, semakin tinggi suhunya. Pada jarak dua mil di bawah permukaaan bumi, suhunya cukup tinggi untuk mendidihkan air.

Tetapi para ilmuwan juga telah menemukan tentang bagian dalam bumi dari studi-studi tentang gempa bumi. Mereka berpendapat bahwa suhu tidak meningkat sedemikian cepat di bagian dalam seperti di kulit bumi. Jadi, mereka berpendapat bahwa pada inti atau pusat bumi suhu tidak akan lebih dari 10.000 derajat Fahrenheit. Tentu saja, suhu itu sangat panas, karena suhu 2.200 derajat dapat mencairkan batu-batuan!

Kulit bumi mempunyai dua lapisan. Lapisan atas, yang membentuk benua-benua, mengandung granit. Di bawah lapisan granit terdapat lapisan tebal batuan yang sangat keras yang disebut “basal”. Para ilmuwan berpendapat bahwa pada pusat bumi terdapat sebuah bola baja cair yang sangat besar, dengan diameeter kira-kira 4.000 mil. Antara bagian tengah bola dan lapisan batuan terdapat sebuah kerangka yang tebalnya kira-kira 2.000 mil yang disebut “mantel”. Kemungkinan besar mantel itu terbuat dari sejenis batuan yang disebut “olivine”.

sumber : ceritakan.com
0 komentar

Bola Penghancur Partikel Nano dari Serpong

Orang mungkin tak tahu apa itu partikel nano, tapi partikel yang sedikit lebih besar daripada atom ini ada di sekeliling kita. Netbook dan telepon seluler telah menggunakan partikel nano untuk meningkatkan kapasitas memorinya. Bahkan partikel itu juga diaplikasikan dalam dunia kedokteran sampai alat dapur.

Begitu pentingnya partikel nano dalam perkembangan dunia dewasa ini sehingga tidak mengherankan bila Nurul Taufiqu Rochman menerima penghargaan ilmu pengetahuan dan teknologi Indonesia Toray Science Foundation 2008 pada 12 Februari 2009. Penghargaan bergengsi itu diberikan atas konsistensi, prestasi, dan sumbangan Nurul bagi kemajuan ilmu nanoteknologi di Indonesia.

Doktor dari Kagoshima University, Jepang, itu berhasil membuat teknologi high energy milling baru untuk mengembangkan nanomaterial berbasis sumber daya lokal. Cara kerja mesin penggiling ini sangat sederhana. Mesin akan memutar wadah yang berisi bola-bola penghancur untuk menggiling bahan partikel bubuk yang akan dibuat menjadi partikel nano. "Konsepnya adalah meningkatkan peluang penghancuran dengan membuat gerakan bola-bola yang saling berbenturan dalam jumlah yang sangat banyak," kata Nurul.

Selama empat tahun terakhir, Nurul dan tim risetnya terus mengembangkan konsep gerak mekanik itu sehingga proses penghancuran lebih efisien. Alat baru yang lebih spesifik ini dinamai high energi milling dengan teknologi baru. Hanya lewat putaran sekitar 15-18 jam, alat tersebut bisa membuat 70 partikel nano besi oksida.

"Dengan alat baru ini, waktu penelitian bisa dipangkas, peneliti tidak perlu menunggu sampai 500 jam untuk satu seri eksperimen yang belum tentu berhasil," kata pria kelahiran Malang itu. "Kalau salah, harus diulang, dan waktu penelitian menjadi sangat lama sehingga kami tergerak untuk membuat alat yang bisa membuat partikel nano dengan cepat."

Selain mempersingkat waktu penelitian, alat buatan Nurul dan tim risetnya di Puspitek Serpong ini ternyata mampu menghasilkan partikel nano berbentuk batang (nanorod). Umumnya teknologi milling seperti yang dikembangkan Nurul hanya bisa membuat partikel nano berbentuk gepeng atau tabung (tube). "Sebelumnya tak ada yang bisa membuat nanorod dengan teknik milling seperti yang kami lakukan," kata Nurul. "Ini prestasi baru."

Nurul menyatakan sama sekali tak menyangka alat buatannya itu mampu membuat partikel nano berbentuk batang. "Kaget, kok bisa," ujarnya. "Penemuan berawal dari ketidaksengajaan, ternyata kami juga bisa membuat nanorod, nanobelt dari cara seperti ini."

Partikel nano berbentuk tabung dan batang sangat istimewa dalam dunia nanoteknologi karena termasuk bentuk tumbuh dan dapat menyusun dirinya sendiri. Tiap bentuk juga memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda. Karbon nanorod, misalnya, kekuatannya bisa 300 kali lipat kekuatan besi tapi memiliki sifat optik yang bagus, dan bisa menyimpan hidrogen dan atom-atom yang lain.

"Ketika berbentuk pipa atau batang, partikel nano itu memiliki keunikan, yaitu tumbuh secara self assembly," katanya. "Dia bisa diaplikasikan untuk hard disk berkecepatan tinggi, memori sampai terabyte karena dengan beberapa atom saja bisa menyimpan memori yang begitu besar."

Sampai saat ini Nurul dan timnya telah memproduksi berbagai partikel nano dari oksida besi sampai bismuth mangan (BiMn). Tak kurang dari lima alat penghancur mekanik telah diciptakan Nurul dan dipatenkan, di antaranya planetary ball milling, high energy milling, dan piston milling. Alat pertama yang dipatenkannya adalah milling yang dapat menghasilkan partikel nano dalam 100 jam.

Semua peralatan itu dirakitnya dari komponen lokal yang diperolehnya dari pasar elektronik Glodok. "Kalau pakai alat-alat yang kita ciptakan sendiri, kalau rusak, tinggal beli di Glodok, mudah dicari dan harganya murah," kata Nurul.

Komponen lokal dengan harga terjangkau juga membuat biaya pembuatan alat milling ini jauh lebih rendah daripada alat impor. Nurul memperkirakan biaya yang dibutuhkannya hanya Rp 30 juta, sedangkan alat impor dengan kemampuan serupa mungkin bisa mencapai ratusan juta rupiah.

Berkat ketekunannya itu, Nurul, yang juga Ketua Masyarakat Nanoteknologi Indonesia, telah beberapa kali menerima penghargaan, antara lain dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia sebagai peneliti muda terbaik 2004 dan Adhidarma Profesi Award 2005 dari Persatuan Insinyur Indonesia. Segudang prestasi tersebut memuluskan langkah Nurul meraih penghargaan iptek ITSF 2008 pada 12 Februari lalu. Sesungguhnya penghargaan ini hampir diraih Nurul pada 2004. Pada saat itu, Nurul, yang baru saja pulang dari Jepang, menjadi salah satu kandidat peraih penghargaan bergengsi tersebut.

Meski tak meraih penghargaan itu, Nurul tak patah semangat. Dia justru semakin terpacu untuk membuktikan bahwa dia mampu berprestasi di Indonesia, yang medannya berbeda dan penuh tantangan dibandingkan Jepang. "Mungkin waktu itu saya dinilai belum banyak berkarya untuk Indonesia, belum teruji," katanya. "Dengan kata lain, boleh dibilang jam terbang saya di Indonesia saat itu masih kurang."

Salah satu tantangan yang harus dihadapi Nurul adalah keterbatasan peralatan penelitian di laboratoriumnya di Puspitek, Serpong. Bukan hanya alat, dana untuk riset pun terbatas sehingga Nurul mulai berusaha membuat sendiri berbagai peralatan yang dibutuhkan. "Agar dana yang kecil ini bisa digunakan untuk kelangsungan penelitian saya ke depan," kata peneliti madya di Pusat Penelitian Fisika LIPI itu.

Menciptakan mesin memang bukan hal baru bagi pria kelahiran 5 Agustus 1970 ini. Semasa menuntut ilmu di Jepang pun dia telah membuat peralatan sendiri. "Jangan dikira di Jepang juga semua sudah ada, karena ada alat yang harus dibuat sendiri untuk eksperimen saya," katanya. "Kebetulan saya memang jebolan teknik mesin dan menjadi juara pertama di Department of Mechanical Engineering di Universitas Kagoshima, Jepang."

Nurul yakin teknologi penghancur mekanik yang dikembangkannya ini dapat membantu Indonesia memaksimalkan potensi sumber daya mineralnya yang berlimpah. "Selama ini sumber daya alam dieksploitasi tanpa diproses sehingga menghasilkan material bernilai rendah," katanya. "Kami ingin menciptakan peralatan sendiri untuk memproduksi mineral itu sebagai partikel nano, karena dalam bentuk partikel nano harganya menjadi beberapa kali lipat."

sumber : tempointeraktif
0 komentar

Tuak Jadi Bahan Bakar

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban, Jawa Timur, mengembangkan minuman "tuak" menjadi etanol yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar minyak (BBM).

"Uji coba yang kami lakukan mendapatkan tanggapan positif masyarakat, buktinya mereka datang untuk mempelajari proses pembuatan tuak menjadi etanol," kata Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Pemerintah Kabupaten Tuban, Mudji Slamet, Sabtu.

Menurut dia, anggota masyarakat, kepala desa, tokoh masyarakat yang daerahnya menjadi sentra penghasil tuak yang asalnya dari pohon nira, antara lain di Kecamatan Plumpang, Palang, Tambakboyo dan lainnya, datang langsung ke kantornya untuk ikut mempelajari cara pemrosesan toak menjadi etanol.

Uji coba toak menjadi etanol, hingga sekarang ini masih terus dilakukan dengan melibatkan masyarakat yang ingin mempelajari teknis cara pemrosesannya. "Pelaksanaan uji coba dilaksanakan di kantor kami," katanya.

Teknisnya tuak sebanyak 10 liter, dicampur dengan gula jawa setelah dilakukan fermentasi selama tujuh hari dan disuling menghasilkan 2 liter etanol.

Menurut dia, biaya produksi tuak 10 liter tersebut diperhitungkan sebesar Rp15.000 dan menjadi 2 liter etanol harga jualnya mencapai Rp17.500.

"Pengembangannya, bergantung masyarakat sebagai penghasil tuak di Tuban, " katanya menjelaskan. Di Tuban, memiliki sekitar 4.000 pohon nira yang bisa diambil hasilnya menjadi tuak.

Sementara itu, lanjutnya, Bupati Tuban Haeny Relawati merekomendasi proses uji coba tuak menjadi etanol masuk dalam kurikulum pendidikan.

"Setelah uji coba yang kami lakukan, rekomendasi dari Bupati Tuban proses tuak menjadi etanol masuk dalam mata pelajaran kurikulum lokal," katanya.

sumber : antaranews
0 komentar

Pakar: Gempa Tasik Bukan Rambatan dari Sumatera

Pakar Geologi ITB Dr Afnimar mengatakan, gempa Tasikmalaya, Jawa Barat, berkekuatan 7,3 Skala Richter Rabu sore bukan merupakan rambatan gempa dari Siberut, Sumatera Barat, yang terjadi pagi hari 09.08 WIB.

"Gempa Sumatera memicu gempa di Jawa, secara saintifik tidak masuk akal. Karena lokasinya terlalu jauh," kata Afnimar yang dihubungi dari Jakarta di Bandung, Rabu malam.

Menurut dia, semua kawasan di sepanjang pantai barat Sumatera hingga pantai selatan Jawa sampai pantai selatan Nusa Tenggara berpotensi terjadi gempa karena terletak di tumbukan antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia.

Jadi, masing-masing lokasi di kawasan itu memiliki zona gempa sendiri-sendiri yang tidak saling terkait antara zona satu dengan zona lainnya, "Kebetulan saja terjadi dua gempa yang dirasakan dalam satu hari," ujar dia.

"Gempa itu terjadi jika di suatu lokasi terdapat penumpukan atau akumulasi energi yang sudah tak bisa ditahan lagi oleh titik tersebut. Gempa tersebut bisa saja memicu gempa susulan di sekitarnya, tetapi masih tetap di zona yang sama," katanya.

Namun ia mengakui, suatu gempa yang besar bisa saja dirasakan hingga ke lokasi yang sangat jauh, misalnya gempa yang berpusat di 142 barat daya Kota Tasikmalaya ini juga dirasakan oleh penduduk Denpasar, Bali.

"Gempa itu getarannya bisa saja dirasakan ke seluruh dunia, tapi jika gempanya sangat besar. Kalau gempa Tasikmalaya tentu saja tak akan bisa dirasakan di Amerika Serikat karena terlalu jauh," kata Afnimar.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi danGeofisika (BMKG), gempa Tasikmalaya di kedalaman 30 km itu dapat dirasakan di Jakarta sebesar IV modified mercalli intensity (MMI).

Pada III-IV MMI disebutkan gempa dirasakan semua orang, IV-V gempa dirasakan semua orang tanpa ada kerusakan bangunan, dan V-VI terjadi gempa yang mengakibatkan kerusakan bangunan.

Sedangkan di Bandung dilaporkan guncangan sekitar II - III MMI, II - III MMI di Tangerang , II MMI di Tegal, V-VI di Puncak, IV-V di Depok, II-III di Subang, VI di Sukabumi, III di Cibinong, IV-V di Purwokerto, II di Klaten, III di Bekasi, II di Wonosari, II - III di Denpasar.
0 komentar

Para Pengawal Teknologi Nasional

Tiga... dua... satu... nol! Pantai Pameungpeuk bergetar. Asap mengepul. Lalu, wuss... roket RX-420 melesat menembus angkasa, meninggalkan ekor garis asap dengan elevasi 70 derajat. Menteri Negara Riset dan Teknologi, Kusmayanto Kadiman, tersenyum puas.

Tepuk tangan pun bergemuruh menyambut keberhasilan uji terbang roket di Instalasi Uji Terbang Lembaga Penerbangan dan Antariksa (Lapan), Garut, Jawa Barat, Kamis 2 Juli lalu, itu. Roket balistik terbesar hasil pengembangan putra-putri Indonesia itu merupakan bakal roket peluncur satelit.

Rencananya, roket keenam produksi Lapan ini akan menjadi komponen utama proyek roket peluncur satelit, yang bakal rampung pada 2014. Program pengembangan roket nasional pengorbit satelit merupakan salah satu dari dua program unggulan dan strategis Lapan. Kepala Deputi Bidang Teknologi Dirgantara Lapan, Soewarto, menyatakan bahwa perlu waktu seperempat abad untuk melakukan lompatan penguasaan teknologi roket, mulai RX-150 hingga RX-420.

Soalnya, teknologi roket tidak mudah ditransfer oleh negara maju. Walau begitu, peneliti Lapan terpacu untuk mengembangkannya secara trial and error. Mereka melakukan alih teknologi secara otodidak. Dua tahun lalu, Lapan berhasil meluncurkan satelit Lapan-Tubsat, hasil kerja sama dengan ahli antariksa dari Technical University of Berlin, Jerman.

Satelit dengan perlengkapan kamera video itu rutin menyajikan data pengindraan jarak jauh dan telekomunikasi pemantauan potensi perikanan dan kelautan di Indonesia. Hasil alih teknologi dari Berlin itu mempercepat penguasaan teknologi Lapan. Hingga saat ini, lembaga itu tengah merampungkan dua satelit mikro dengan pola orbit ekuatorial hasil karya sendiri. Yakni Lapan A2 dan Lapan ORARI yang dilengkapi dengan pemancar komunikasi radio.

Rencananya, pada 2011, dua satelit itu diluncurkan menumpang roket peluncur milik India. Terobosan penguasan satelit dan roket ini, bagi Soewarto, secara politis merupakan prestise Indonesia. Selanjutnya dapat digunakan untuk menunjang perekonomian dan pertahanan negara. Sayang, peran strategis itu tidak didukung dengan anggaran yang memadai.

Problem ini juga diakui Menteri Kusmayanto Kadiman. "Memang berat," ujarnya. Meski begitu, Kusmayanto tidak mengharamkan kerja sama dengan swasta maupun asing, yang timbal baliknya berupa pemilikan atas hak kekayaan intelektual bersama. "Itu selalu ada dalam dokumen perjanjian kami," kata Kusmayanto.

Hal serupa berlaku bagi para pengawal teknologi nasional. Beberapa di antaranya adalah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan Badan Tenaga Atom Nasional (Batan).

BPPT
Sebagai lembaga yang bertugas melakukan pengkajian dan penerapan teknologi, BPPT membuat desain prototipe, pilot plant, mengkaji kelayakan penggunaan teknologi, dan uji coba teknologi. "BPPT tidak melakukan penelitian," kata Marzan A. Iskandar, Kepala BPPT. Dalam penerapan teknologi, BPPT selalu bermitra dengan institusi dan dunia industri.

BPPT dibentuk pada 28 Januari 1974, ketika Presiden Soeharto mengangkat Prof Dr. Ing. B.J. Habibie sebagai penasihat pemerintah di bidang teknologi maju dan teknologi penerbangan. Habibie kemudian membentuk Divisi Teknologi dan Teknologi Penerbangan (ATTP) Pertamina. Lalu ATTP diubah menjadi Divisi Advance Teknologi Pertamina, yang lantas bersalin rupa menjadi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi pada 21 Agustus 1978.

Kebijakan prioritas BPPT meliputi enam bidang pengembangan teknologi. Yakni bidang teknologi informasi, energi baru dan terbarukan, ketahanan pangan, pertahanan keamanan, makanan dan obat-obatan, manajemen transportasi, serta informasi dan telekomunikasi. Tambahannya adalah teknologi manufaktur, teknologi lingkungan, dan teknologi material.

BPPT, kata Marzan, bekerja pada pemanfaatan teknologi tepat guna. Beberapa inovasi yang dilakukan, antara lain, membangun sistem informasi manajemen di daerah. Untuk energi terbarukan, BPPT sedang mendesain fuelcell berbasis bahan baku lokal, yaitu hirogen, sebagai sumber energi masa depan. Bahan bakarnya adalah hidrogen dengan limbah berupa air. Dalam teknologi pertahanan keamanan, BBPT berhasil membuat pesawat tanpa awak: Pesawat Udara Nir-Awak (PUNA).

Batan
Lembaga ini lahir dengan nama Dewan Tenaga Atom dan Lembaga Tenaga Atom (LTA), yang dibentuk melalui Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 1958. Enam tahun kemudian, ia disempurnakan menjadi Badan Tenaga Atom Nasional (Batan) dengan landasan hukum Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1964.

Salah satu masterpiece Batan yang patut dibanggakan adalah reaktor serba guna 30 megawatt di Serpong, Tangerang, Banten. Reaktor yang berdiri sejak tahun 1987 itu dioperatori sendiri oleh Batan. "Reaktor Serpong adalah reaktor pertama di dunia yang berbahan bakar uranium perkayaan rendah," ujar Kepala Batan, Hudi Hastowo.

Batan bertugas memberi usulan kebijakan dan pelaksanaan kegiatan terkait pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir di Indonesia. Namun, sesuai dengan kebutuhan negara, kini Batan lebih memfokuskan diri pada ketersediaan pangan, energi, kelangkaan sumber daya air, kesehatan, dan obat-obatan.

Sejauh ini, Batan telah mengembangkan varietas unggul padi hasil pengembangan dengan teknologi mutasi radiasi. Sebut saja Atomita 1-4, Kahayan, Mira, Padi Bestari, dan Pandan Putri. Selain padi, Batan juga berupaya meningkatkan produksi daging ternak. Caranya, dengan memperbaiki nutrisi pangan, meningkatkan populasi ternak, dan pembuatan vaksin.

"Dengan iptek nuklir, kita tingkatkan nutrisi dan juga tingkatkan reproduksi ternak," kata Hudi. Hal ini dilakukan dengan menambah frekuensi bunting sapi lewat teknik radio immuno assay (RIA) untuk mengetahui datangnya masa berahi ternak. Batan juga bekerja sama dengan industri. Misalnya dengan PT Sang Hyang Sri, produsen bibit bersertifikat.

Meski banyak capaian yang telah diraih, Batan menghadapi masalah serius. Pada saat ini, banyak penelitinya yang hampir pensiun. Padahal, butuh waktu agar para peneliti baru siap menggantikan mereka. Tetapi, di tengah pesatnya inovasi di dunia, para peneliti baru itu tidak mendapat kesempatan pendidikan cukup tinggi. Belum lagi masalah penuaan alat-alat yang terus-menerus dipakai.

LIPI
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI merupakan lembaga yang melakukan penelitian di berbagai cabang ilmu, mulai ilmu pengetahuan alam, engineering science, hingga ilmu sosisal. "Fokus penelitian LIPI lebih ke hulu, bukan di hilir," kata Umar Anggara Jenie, Kepala LIPI. Sekalipun demikian, ada pula penelitian yang ditawarkan kepada industri untuk dikembangkan.

Selama ini, LIPI mendapat anggaran Rp 400 milyar hingga Rp 500 milyar dari pemerintah. Separuhnya digunakan untuk penelitian, sisanya dipakai untuk ongkos administrasi dan gaji sekitar 4.000 pegawai. Dana penelitian itu difokuskan untuk penelitian pada aspek hulu dengan keluaran berupa jurnal atau prototipe yang terpatenkan.

Sejumlah penelitian LIPI diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat. Contohnya, alat yang dibuat Pusat Kalibrasi Meteorologi LIPI, Bird Strike, yakni pengusir burung di landasan terbang pacu bandar udara. Alat ini mengeluarkan suara tertentu yang bisa mengusir burung ketika ada pesawat yang akan mendarat atau terbang.

LIPI juga memiliki pusat inovasi yang tugasnya mengarahkan penelilitan agar menghasilkan penemuan yang bermanfaat. Penelitian diusahakan menghasilkan nilai ekonomi lewat kerja sama dengan industri. Contohnya, mengembangkan kedelai plus ramah lingkungan, yang tidak menggunakan pupuk kimiawi dan dapat hidup pada cuaca seekstrem apa pun.

Hasil penelitian LIPI yang telah dikerjasamakan dengan pebisnis adalah molekul yang bisa menghambat pembentukan kolesterol dalam tubuh. Temuan ini menarik perhatian Dexa Medica, perusahaan farmasi besar di Indonesia. Temuan yang telah dipatenkan itu kelak dipasarkan dengan nama Lipistatin.

Keberadaan LIPI berawal ketika pada 1958, Presiden Soekarno membentuk Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia. Satu dekade kemudian, namanya diganti menjadi LIPI. Sebagai lokomotif teknologi, kedudukan LIPI diibaratkan Umar seperti Academy of Scientific di Cina. Selain memberikan nasihat ilmu pengetahuan dan teknologi kepada pemerintah, mereka juga melakukan penelitian.
0 komentar

Jabar Miliki Banyak Patahan Darat

Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Bandung, Hendri Surbakti mengatakan, wilayah Jawa Barat (Jabar) memiliki banyak sesar (patahan) darat yang aktif sehingga relatif rawan gempa akibat adanya aktivitas pertemuan lempeng Indo-Australia dan Eurasia.

"Sesar atau patahan di Jabar itu ada yang sudah diberi nama dan ada juga yang belum diberi nama," kata Hendri, di Bandung, Sabtu (29/7).

Sesar darat di Jabar yang telah diberi nama antara lain Sesar Cimandiri yang membentang dari Pelabuhan Ratu, Sukabumi sampai ke Cianjur; kemudian Sesar Baribis di wilayah Majalengka dan Kuningan; dan Sesar Lembang yang berada di kawasan Lembang-Ciater.

Sedangkan sesar yang belum diberi nama di antaranya sesar yang ada di Kabupaten Garut dan wilayah Bandung bagian selatan atau kawasan Patuha serta sesar di Tasikmalaya. "Sesar atau patahan di darat itu semuanya masih aktif, bahkan sesar Lembang beraktivitas terakhir pada 11 Juli 2003," ujar Hendri.

Ia mengatakan, sesar di Tanah Air sendiri terhitung rata mengingat Indonesia berada di busur kepulauan yang merupakan hasil dari pertemuan lempeng Indo-Australia dan Eurasia. "Seperti di Sumatera memiliki sesar cukup besar yang diberi nama sesar Semangko," katanya.

Wilayah yang memiliki sesar (patahan) itu termasuk rawan gempa, tapi terhitung subur dan banyak memiliki sumber energi, terlebih lagi dengan banyaknya gunung api.

Salah satu cara untuk mengantisipasi gempa serta dampaknya, termasuk di Jabar adalah bahwa warga harus merekonstruksi bangunan rumahnya dengan bangunan yang tahan gempa. "Kalau konstruksi rumahnya tahan gempa, maka warga tidak perlu khawatir tinggal di daerah yang rawan gempa," ujarnya.

Di bagian lain, ia mengemukakan, wilayah pantai selatan Jabar memiliki potensi terjadinya tsunami mengingat lokasinya berada pada pertemuan antara lempeng Indo-Australia dan Eurasia di 200 kilometer pantai selatan.

sumber: gatra
0 komentar

Bulan Tampak Lebih Besar Saat Terbit

Bulan Adalah Satelit Bumi. Jarak antara titik pusat Bulan dan titik pusat Bumi kira-kira 384.403 km. Jarak tersebut akan relatif sama dari mulai Bulan terbit sampai terbenam. Karena jarak Bumi dan Bulan relatif sama maka diameter Bulan akan selalu terlihat sama.

Memang sebenarnya jarak Bumi dan Bulan tidak tetap karena lintasan Bulan tidak benar-benar berupa lingkaran, tetapi perubahan ukuran Bulan karena hal tersebut tidak dapat diamati dengan mata telanjang. Sebenarnya ukuran Bulan selalu sama, hanya saja kita kadang-kadang melihatnya seolah-olah lebih besar.

Biasanya Bulan terlihat lebih besar ketika terbit atau terbenam. Hal tersebut terjadi karena ketika terbit atau terbenam, posisi Bulan terlihat sejajar dengan permukaan Bumi, sehingga kita dapat membandingkan ukuran Bulan dengan rumah, gedung, dan benda-benda lain yang ada di permukaan Bumi.

Pemandangan tersebut yang membuat Bulan seolah-olah terlihat lebih besar. Kita dapat membuktikan kalau ukuran Bulan tidak berubah dengan mengukur diameter Bulan yang kita lohat ketika terbit dan setalahnya, ternyata diameternya tidak berubah. (Yohanes Surya/rmb)

sumber media indonesia