0 komentar

Bagaimana Benua Afrika Terbelah?

Retakan yang muncul di Afrika akan membelah benua itu menjadi dua
Umumnya, pembentukan sungai, laut, atau gunung terjadi dalam waktu yang sangat lambat. Namun, kasus yang terjadi di Afar, kawasan utara Ethiopia, lain dari yang lain. Sebuah samudera mulai terbentuk dengan kecepatan luar biasa, untuk ukuran standar geologi.

Pada tahun 2005, Dereje Ayalew dan rekan-rekannya yang merupakan geolog dari Addis Ababa University terkejut, dan bahkan ketakutan. Bagaimana tidak, mereka baru saja turun dari helikopter dan menginjakkan kaki di dataran gurun di Ethiopia, saat bumi yang mereka pijak berguncang.

Sontak, pilot berteriak memanggil mereka kembali ke helikopter, dan benar saja. Seketika itu Bumi terbelah. Retakan tanah membuka dengan cepat dan bergerak menuju ke arah peneliti layaknya ritsleting yang membuka.

Setelah beberapa saat, tanah berhenti bergerak dan setelah pulih dari keterkejutannya, Ayalew dan rekan-rekannya menyadari bahwa mereka baru saja menyaksikan sejarah. Untuk pertamakalinya, manusia dapat menyaksikan tahap pertama lahirnya sebuah samudera.

Fenomena Abnormal

Normalnya, perubahan yang terjadi pada permukaan Bumi nyaris tidak kentara. Seumur hidup manusia terlalu singkat untuk menyaksikan sungai berbelok arah, gunung bertambah tinggi, atau terbukanya lembah baru.

Akan tetapi, di Afar, dalam beberapa bulan muncul ratusan celah yang memisahkan dasar gurun. Di saat yang sama, ilmuwan mendapati kenaikan ketinggian magma dari dalam Bumi semakin mendekati permukaan tanah.

Magma ini nantinya akan membentuk basal yang menjadi dasar samudera. Secara geologi, Seperti dikutip dari Spiegel, 13 Desember 2010, tak lama kemudian air dari Laut Merah akan memenuhi kawasan yang turun tersebut. Samudera akan lahir dan memecah Afrika.

Fenomena dramatis yang disaksikan Ayalew dan rekan-rekannya di gurun pasir Afar pada 26 September 2005 lalu merupakan bukti nyata proses itu. Terbukanya celah diikuti gempa bumi yang berlangsung terus menerus selama seminggu.

Dalam beberapa bulan kemudian, ratusan celah lain muncul di tanah, menyebar di kawasan seluas sekitar 900 kilometer persegi. “Bumi tidak berhenti bergerak setelahnya,” kata Tim Wright, geofisikawan dari University of Oxford. “Tanah masih terus terbelah dan tenggelam. Gempa bumi kecil masih terus mengguncang kawasan itu,” ucapnya.

Segitiga Afar, yang memotong Ethiopia, Eritrea, dan Djibouti, merupakan retakan terbesar di Bumi. Di bawahnya, ada tiga lempeng tektonik di mana lempeng Afrika dan Arab semakin menjauh dengan kecepatan 1 sampai 2 sentimeter per tahun. Ketika dua lempeng bergerak menjauh, tanah di atasnya anjlok dan menyediakan ruang untuk menampung air dari Laut Merah.

Pergerakan Tektonik

Lempeng bumi yang terus bergerak mengakibatkan Segitiga Afar tenggelam dengan cepat. Bagian tertentu sudah turun hingga lebih dari 100 meter di bawah permukaan laut.

Saat ini, dataran tinggi yang mengelilingi penurunan Afar masih mampu mencegah air dari Laut Merah masuk ke kawasan ini. Akan tetapi, erosi dan pergerakan lempeng tektonik terus menurunkan ketinggian benteng alami tersebut. Belum lagi banjir yang rutin melanda kawasan itu.

Sumber magma Afrika adalah sebuah aliran batuan lunak raksasa di perut Bumi dan memotong melintasi benua Afrika. Proses pergerakan magma ini dimulai sekitar 30 juta tahun lalu saat pertamakali lava berhasil mencapai lempeng benua dan kemudian memisahkan semenanjung Arab dengan Afrika dan menghasilkan Laut Merah.

Rangkaian gunung berapi yang berjajar sepanjang sekitar 6 ribu kilometer di bagian timur Afrika juga memberikan bukti bahwa benua Afrika sedang terbelah. Di beberapa bagian, kerak bumi sudah mulai terbuka dan memungkinkan magma di bawahnya merangsak naik.

Dari Laut Merah di utara, sampai ke Mozambik di selatan, lusinan gunung berapi telah terbentuk. Gunung Kilimanjaro dan Nyiragongo merupakan dua yang terpopuler.

Menurut geofisikawan, dalam 10 juta tahun ke depan, gunung-gunung berapi aktif ini dan juga kawasan dataran di sekitar retakan-retakan Afar, pada akhirnya akan tenggelam ke dalam laut.

VIVAnews
0 komentar

Ada Gunung Lumpur Purba di Sidoarjo


Masih ada dua kanal lumpur panas lain yang berpotensi meletus sewaktu-waktu.


Sudah lewat empat tahun sejak semburan lumpur panas di Porong Sidoarjo Jawa Timur terjadi. Kini, petaka 29 Mei 2006 itu masih terus memuntahkan sekitar 150 ribu kubik lumpur saban hari. Kontroversi mengenai penyebabnya hingga kini terus berlangsung.

Pendapat para ilmuwan terbelah dalam mengidentifikasi penyebab semburan lumpur yang dalam bahasa ilmiahnya disebut mud volcano itu. Sebagian berpendapat itu disebabkan aktivitas pengeboran minyak PT Lapindo Brantas. Sebagian lainnya mengatakan bahwa meletusnya mud volcano diakibatkan aktivitas seismik yang dipicu gempa Yogyakarta yang terjadi dua hari sebelumnya, pada 27 Mei 2006.

Belum lama ini sekelompok ilmuwan geologi Rusia menuntaskan riset enam bulan mereka tentang lumpur Sidoarjo (LUSI) yang mengungkap temuan cukup mengejutkan. Mereka menyimpulkan Lusi disebabkan oleh aktifnya gunung lumpur purba di daerah itu, akibat dua gempa yang terjadi sebelumnya. Mereka juga menemukan bahwa terdapat dua kanal lumpur panas yang berpotensi meletus sewaktu-waktu.

Tim ini diawaki para ahli yang berasal dari Universitas Nasional Odessa Ukraina, Kementrian Lingkungan Ukraina, dan AP Karpinsky Russian Geological Research Institute/VSEGEI--ini adalah otoritas lembaga geologi tertinggi di Rusia yang didirikan sejak 1885. Salah satu di antaranya adalah seorang pakar senior yang turut menentukan lokasi pembangkit nuklir Bushehr di Iran, salah satu reaktor nuklir yang paling ditakuti negara Barat.

Jumat, 1 Oktober 2010 lalu, Indra Darmawan dan Denny Armandhanu dari VIVAnews.com menjumpai Dr. Sergey V Kadurin (Kepala tim riset), Prof. Igor Nikolaevich Kadurin (penasihat tim riset), dan Yuriy P. Rakintsev (Presiden Direktur RineftGaz, perusahaan minyak dan gas Rusia yang membiayai riset), di sebuah hotel di Jakarta.

Berikut petikan wawancaranya.

Apa sebetulnya tujuan dari riset ini? Apa yang membuat Anda merasa perlu mengadakan penelitian di sini?

Sergey Kadurin: Saya memang bekerja meneliti mud volcano. Ini bidang saya. Ini adalah kesempatan baik bagi saya untuk datang ke Indonesia, karena ini adalah salah satu mud volcano terbesar di dunia yang termasuk dalam tipe caldera. Saya tentu tak akan menyia-nyiakan untuk meneliti obyek ini. Sebelumnya kami telah melakukan penelitian yang sama terhadap mud volcano di Ukraina dan Azerbaijan. Kini, tujuan kami adalah untuk menguji metodologi kami di Indonesia.

Dari mana Anda memperoleh pembiayaan untuk riset ini? Apakah ada dana dari pihak-pihak yang terkait PT Lapindo Brantas?

Sergey Kadurin: Semua pembiayaan dilakukan oleh perusahaan minyak dan gas bumi Rusia RINeftGaz.

Yuriy Rakintsev: Penelitian ini merupakan bukti persahabatan antara negara Indonesia dengan Rusia. RINeftGaz sendiri sudah lama memiliki usaha di Indonesia dan kami bermitra dengan berbagai pihak di Indonesia termasuk dengan Pertamina. Ini meneruskan persahabatan antara Indonesia dengan Rusia yang telah dimulai sejak Presiden Sukarno. Kedua negara sama sekali tidak pernah berkonflik. Beberapa proyek besar di Indonesia, misalnya saja Stadion Sepakbola Senayan, merupakan hasil kerja sama antara kedua negara.

Beberapa waktu lalu saya juga sempat ke Kalimantan. Di sana saya sempat diberitahu bahwa ternyata jalan utama di tempat itu dibuat oleh insinyur-insinyur Rusia sejak tahun 1950-an dan hingga kini jalanan itu masih bagus dan berfungsi dengan baik. Jadi kami ingin meningkatkan kerja sama antara dua negara.

Adapun, penelitian ini diawali oleh kunjungan masing-masing kedua kepala negara. Setelah Presiden Vladimir Putin datang ke Indonesia pada November 2007, kedua negara melakukan perjanjian kerjasama, di antaranya termasuk proyek riset ini.

Apa saja hasil riset Anda?

Sergey Kadurin: Seperti yang Anda ketahui, Indonesia khususnya Pulau Sumatera, Jawa adalah tempat bertemunya dua lempeng tektonik: lempeng Australia di bagian selatan dengan lempeng Eurasia di bagian utara. Lempeng Australia menumbuk lempeng Eurasia dengan kecepatan 7 cm per tahun, yang mana merupakan kecepatan tektonik terbesar di dunia.

Bertemunya dua lempeng ini menghasilkan jajaran gunung berapi di bagian utara pertemuan lempeng, serta daerah secondary convection cell yang biasanya banyak dijumpai minyak, gas, dan juga mud volcano (gunung lumpur). Wilayah ini biasanya disebut juga back-arc basin.

Dari data-data seismik dua dimensi (2D) yang kami peroleh dari pemerintah Indonesia, kami melakukan interpretasi untuk mengidentifikasi struktur lumpur. Ini melibatkan tak kurang dari 36 profil seismik dengan panjang lebih dari 600 km dan ekspedisi lapangan untuk mempelajari kondisi geologi-geofisik Jawa Timur dan LUSI.

Ternyata, di Jawa Timur sendiri terdapat 15 mud volcano, dan LUSI adalah mud volcano ke-15 sekaligus yang terbesar. Kami juga menemukan beberapa sesar (patahan) termasuk sesar Watukosek di wilayah itu. Kami membuat konstruksi Geological Information System (GIS) untuk model tiga dimensi (3D) formasi geologi wilayah itu untuk mengetahui struktur gunung lumpur.

Selain itu, kami juga mengumpulkan data gempa yang terjadi di wilayah itu selama 25 tahun terakhir (1984-2009). Ternyata dalam tempo tak sampai satu tahun (10 bulan), terjadi dua gempa di wilayah itu. Yakni gempa yang terjadi pada 9 Juli 2005 dan 27 Mei 2006.

Gempa 9 Juli 2005 sebesar 4,4 Skala Richter dengan episentrum tepat 10 km di bawah LUSI. Gempa kedua adalah gempa 27 Mei 2006, gempa Yogyakarta yang berkekuatan 6,3 SR. Menurut kami, ini adalah salah satu penyebab terbukanya saluran lumpur dari gunung lumpur purba yang terbentuk sekitar 150-200 ribu tahun lalu.



Bagaimana mungkin? Bukankah episenter gempa Yogyakarta letaknya sangat jauh dengan lokasi LUSI?

Lokasi keduanya berjarak hampir 200 km (185 km). Tapi bila Anda lihat di peta, Yogyakarta berada di bawah jajaran sistem gunung berapi di Jawa. Sementara Sidoarjo terletak di bagian atas sistem gunung berapi di Jawa. Sistem gunung berupa magmatik ini mirip seperti sebuah kabel.

Ketika Anda tekan kabel pada bagian bawah, akan terjadi gaya tekan ke bagian atasnya. Dengan struktur magmatik tersebut, gelombang seismik gempa Yogyakarta akan mempengaruhi struktur gunung lumpur LUSI. Jadi, jarak 200 km bagi sebuah proses geologi tidak berarti apa-apa.



Lalu kenapa gempa Yogyakarta tidak mempengaruhi sistem gunung lumpur lain selain LUSI?

Sebab, LUSI berada pada kawasan metastabil (tak stabil), dengan sejarah gempa-gempa bumi, letusan gunung berapi dan mud volcano. Semua berkaitan. Apalagi sebelumnya sudah terjadi gempa tepat di bawah lokasi LUSI.

OK, tapi kenapa butuh waktu dua hari sejak gempa Yogyakarta hingga terjadi letusan LUSI pada 29 Mei 2006?

Gunung lumpur LUSI tidak berada pada struktur yang kosong. Terdapat berbagai lapisan batuan. Lumpur dan air butuh waktu untuk naik ke atas, apalagi kedalaman lumpur sekitar 3 km di bawah (pemetaan 3D gunung lumpur LUSI dilakukan hingga kedalaman 5 km di bawah permukaan tanah, Red).

Apakah penyebabnya hanya gempa saja?

Gempa bumi bukan satu-satunya pemicu semburan LUSI. Semburan terjadi lebih karena struktur geologi di pulau Jawa. Terdapat deposit lumpur dalam jumlah besar di bawah wilayah Sidoarjo. Selain itu pergerakan sesar di sana juga bisa mempengaruhi terjadinya semburan. Pada daerah yang dekat dengan zona subduksi, tekanan bawah tanah memang sangat tinggi karena banyaknya aktivitas magma yang terjadi.

Apakah semburan LUSI juga disebabkan oleh aktivitas pengeboran PT Lapindo Brantas?

Pengeboran tidak ada kaitannya dengan LUSI. Sebab bila pengeboran mengenai struktur lumpur, lumpur seharusnya akan keluar dari mulut sumur pengeboran, karena lumpur akan lebih mudah keluar melalui sumur yang kosong daripada melalui lapisan batuan. Pada kasus LUSI, semburan lumpur terjadi di lokasi yang berjarak sekitar 250 meter dari sumur pengeboran. Dan semburan terjadi di beberapa titik, bukan hanya satu titik.



Tapi apakah getaran dari aktivitas pengeboran bisa mempengaruhi struktur lumpur sehingga mempercepat semburan lumpur?

Semula saya juga sempat mengira seperti itu. Namun, dengan diameter sumur antara 50 cm-1 m, getaran dari pengeboran hanya akan berhenti pada 5-7 m dari sumur. Dan seharusnya energi pengeboran akan mengarah ke bawah.

Tegasnya, apa kesimpulan penelitian Anda?

Menurut hasil studi kami, LUSI adalah proses alam yang dipicu oleh gempa bumi yang terjadi pada 2005 di Sidoarjo dan gempa pada 2006 di Yogyakarta. Tidak ada yang bisa menghentikan kekuatan alam, proses alam itu jauh lebih kuat dari campur tangan manusia.

Tidak ada seorangpun yang bisa mencegah terjadinya semburan lumpur panas. Setiap klaim yang mengatakan sanggup untuk menghentikan semburan lumpur, itu adalah kebohongan. Dulu di Rusia sempat ada rencana untuk menghentikannya dengan menggunakan bom nuklir, tapi itu tidak benar dan adalah ide yang sangat mengerikan.

Kita hanya bisa memperkirakan proses alam itu dan bagaimana kita menghadapinya. Sayangnya, tidak ada yang bisa menghentikan LUSI. Kita hanya bisa membuat sistem untuk mengetahui apa yang terjadi saat ini dan memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan.

Ada yang bilang kesimpulan seperti Anda ini cuma diyakini oleh minoritas ilmuwan saja di dunia. Benar begitu?

Sepanjang yang saya ketahui, hanya tim kami yang memiliki hasil dari riset geofisika di sini. Hanya tim kami yang memiliki seismic profile. Kami memiliki teknologi untuk melakukan interpretasi dari seismic profile, untuk mengetahui struktur lumpur LUSI. Ini adalah riset LUSI pertama dan satu-satunya yang dilakukan berdasarkan data ilmiah aktual. Dan bagi kami, ini ketiga kalinya kami melakukan pekerjaan semacam ini, dan membuat model 3D GIS untuk mengerti bagaimana struktur lumpur dan lokasinya berada.

Kami tidak tahu apa dasar dari orang-orang yang memiliki opini berbeda, karena dalam hal ini seharusnya semua kesimpulan harus disandarkan pada data.

Memang sangat mudah untuk menuding siapa yang bersalah dalam hal ini. Mungkin karena mereka (PT Lapindo) saat itu sedang bekerja di wilayah itu, mereka langsung disalahkan. Padahal, mereka hanya menambang di tempat dan waktu yang salah.

Sangat berbahaya salah mengasumsikan bahwa bencana ini disebabkan oleh pengeboran. Karena pemerintah jadi mengabaikan kemungkinan potensi bencana lumpur panas lain, yang sebenarnya bisa diantisipasi. Sebab, berdasarkan observasi dari model 3D, kami juga menemukan dua kanal lumpur lain di dekat situ (Sidoarjo) yang potensial meletus sewaktu-waktu.

Lalu, apa yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah Indonesia?

Untuk mengatasi kasus ini, kami merekomendasikan kepada pemerintah untuk membuat sistem monitoring di wilayah-wilayah dekat semburan lumpur. Sistem ini membutuhkan 10 stasiun dan detektor, yang masing-masing letaknya berjarak sekitar 15 km.

Di titik pusat harus dipasangi alat untuk mendeteksi gempa seismik yang terjadi di tempat itu. Dengan demikian kita bisa mengetahui tekanan yang terdapat di dalam permukaan wilayah itu, gelombang seismik di bawah tanah, sehingga kita bisa memprediksi kapan dan di mana semburan berikutnya akan terjadi.

Jadi kita bisa membuat prediksi pada situasi itu. Kita bisa melakukan langkah-langkah mengantisipasinya, seperti misalnya dengan mematikan listrik atau gas, membuat bendungan untuk lumpur baru, dan lain sebagainya.





Dari model 3D yang Anda buat, dapatkah Anda memprediksi sampai kapan LUSI akan terus menyembur?

Ini sangat tergantung dari tekanan dan struktur lumpur yang terdapat di dalamnya. Untuk memprediksi hal itu diperlukan riset baru. Bagi ukuran gunung lumpur sebesar LUSI, semburan dapat saja bertahan hingga 20 tahun lamanya. Tekanan semburan juga bergantung kepada tekanan dari bawah tanah, pergerakan lempeng. Jika tekanan masih tinggi maka semburan masih akan terus terjadi.

***

Profil Anggota Tim Riset

Dr. Sergey V. Kadurin

Kadurin adalah seorang pakar geologi dengan pengalaman dan keahlian di bidang-bidang:
- Geologi dan geologi kelautan;
- Mineralogi dan bio-mineralogi;
- Geologi kelautan Quaternary dan palaoeceanography;
- Paleoclimatology, perubahan permukaan laut global;
- Sejarah Quaternary, paleoceanography, glacials dan inreglacial, sapropels dan peristiwa anoxic;
- Pemantauan lingkungan;
- Geologi GIS.

Ia bekerja di Universitas Nasional Odessa, Departemen Kelautan dan Geofisika; sebagai asisten profesor pada 1999-2001 dan saat ini memegang jabatan sebagai pengajar senior.

Kegiatan:
- 2005 - 2009: proyek HERMES (Hotspot Ecosystems Research on the Margins of European Seas);
- 2005 - 2009: IGCP 521 Laut Hitam - Koridor Mediteranian: Perubahan permukaan laut dan adaptasi manusia, UNESCO, IUGS, koordinator kelompok kerja;
- 2008: Ekspedisi penelitian kapal pengangkut barang “Vladimir Parshin” di Laut Hitam;
- 2007: Ekspedisi ke Semenanjung Kerch;
- 1999: Ekspedisi penelitian kapal pengangkut barang “Sprut” di Laut Hitam;
- 1998: Ekspedisi penelitian kapal pengangkut barang “Argon” di Laut Hitam;
- 1995: Ekspedisi penelitian kapal pengangkut barang “Argon” di Laut Hitam.

Dr. Igor A. Losev

Losev saat ini bekerja sebagai ahli analisis mineral di Universitas Nasional Odessa. Ia memiliki berbagai pengalaman sebagai berikut:
- Pengamatan lingkungan;
- Geologi gunung lumpur;
- Geologi sumber mineral;
- Geologi dan geologi kelautan;
- Mineralogi;
- Geologi kelautan Quaternary dan palaeoceanography;
- Paleoclimatology, perubahan permukaan laut global;
- Geofisika kelautan dan penafsiran seismik.

Dr. Lubov Ju. Eriomina

Eriomina saat ini bekerja di bawah Kementerian Perlindungan Lingkungan Ukraina. Ia juga bekerja sebagai ahli geologi dalam ekspedisi geologi dan geofisika untuk perusahaan negara bagian Prichornomorske semenjak tahun 2007. Keahliannya meliputi:
- Geologi dan geologi-kelautan;
- Proses geologi terbaru dan neotektonik;
- Peran tektoknik dalam pembentukan mineral;
- Keteraturan distribusi mineral dan potensi estimasi mineral Laut Hitam;
- Geologi GIS;
- Palaeoceanography dan gologi kelautan Quaternary;
- Perubahan permukaan laut global.

Dr. Igor Nikolaevich Kadurin

Nikolaevich adalah penasihat tim yang merupakan ahli senior geofisika Rusia. Ia merupakan tokoh yang telah melakukan seismic profiling di seluruh daratan Rusia sepanjang 140 ribu km, mulai dari 1971. Ia juga sempat membantu pemerintah Iran untuk menentukan posisi yang aman untuk membuat reaktor nuklir di Bushehr. Selain itu ia telah melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

- September 1971 - Oktober 1972: Geofisis, survey geofisika Ilijsky (Kazgeophyztrest);
- Oktober 1972 - April 1979: Kepala Geofisis, eksperimen kusus survey geofisika Spetzgeophysica MinGeo, USSR;
- April 1979 - Juni 1991: Kepala Departemen, Survey Daerah Geofisika Khusus di Neftegeophysica MinGeo USSR;
- Juni 1991 - Februari 1995: Direktur Cabang Selatan perusahaan pemerintah - pusat penelitian geofisika dan geologi daerah GEON, V.V Fedynskiy, Komite Pemerintah Bidang Geologi dan Pertambangan, Rusia;
- Februari 1995 - Februari 2004: Asisten Presiden perusahaan pemerintah - pusat penelitian geofisik dan geological daerah GEON, V.V Fedynskiy, Komite Pemerintahan Geologi dan Pertambangan Rusia;
- Februari 2004 – Agustus 2005: Presiden perusahaan pemerintah - pusat penelitian geofisika dan geologi GEON daerah, V.V. Fedynskiyin, Komite Pemerintahan Geologi dan Pertambangan Rusia;
- Agustus 2005 - sekarang: Kepala Departemen Teknologi, Departemen Seismologi dan Pemantauan Seismik di VNIIGeophysica;
- 2002 – sekarang: Penasihat Senior pada Seksi Geofisika VSEGEI/AP Karpinsky, Russian Geological Research Institute.

• VIVAnews
0 komentar

Badai Matahari Ancam Bumi 'Kiamat' di 2013

Ilmuwan memperingatkan suatu ledakan energi Matahari bisa melumpuhkan Bumi tiga tahun mendatang. Para peneliti khawatir ledakan besar itu terjadi pada tahun 2013 dan bisa menyebabkan pemadaman listrik secara total di seluruh dunia dan kekacauan global.

Seperti dilansir The Sun edisi 21 September 2010, potensi bencana yang terjadi sekali dalam seabad ini bisa membawa ancaman serius pada sejumlah fasilitas vital: kerusakan jaringan listrik, hancurnya sistem komunikasi, pesawat jatuh, dropnya stok pangan dunia, dan porak-porandanya jaringan Internet.

Bencana sejenis disebutkan pernah terjadi pada tahun 1859 dan mendatangkan kerusakan dahsyat di Eropa dan Amerika. Saat itu dilaporkan kawat telegraf terbakar habis. Bahkan, saat itu diberitakan dua pertiga langit di Bumi diselimuti cahaya aurora berwarna merah darah.

Peringatan malapetaka ini--yang mengingatkan pada gambaran kiamat di film '2012' ala Hollywood--tak kurang membuat was-was Menteri Pertahanan Inggris, Liam Fox. Dia lalu menggelar konperensi darurat di London pada 20 September lalu. Fox yang bergelar doktor mengatakan bencana yang dampaknya sulit diukur dan diprediksi ini bisa mengakibatkan kerusakan berskala hebat. Dan jika benar terjadi, maka badai matahari itu bisa menciptakan kerusakan yang jauh lebih berbahaya ketimbang ledakan serupa pada tahun 1859.

Da lalu meminta para ilmuwan untuk menyusun strategi guna mengantisipasinya. Konferensi yang diselenggarakan oleh Dewan Keamanan Infrastruktur Listrik Inggris itu mendengar paparan dari para ahli bahwa Matahari akan mencapai tahap kritis dari siklusnya di tahun 2013 mendatang.

Ketika itu, gelombang energi magnetik yang tercipta di atmosfer diperkirakan akan memicu badai radiasi yang menyebabkan lonjakan energi berkekuatan besar. Akibatnya, akan tercipta badai awan di kota-kota besar dunia seperti London, Paris, dan New York. Pada tahun 1989, bencana serupa yang berskala kecil sempat mengganggu pembangkit listrik di Quebec, Kanada.

Mantan penasihat pertahanan pemerintah AS, Dr. Avi Schnurr, juga memperingatkan, "Badai geomagnetik bisa menghancurkan negara-negara di muka bumi. Kita tidak bisa berpangku tangan menunggu bencana itu datang." (kd)
0 komentar

NASA Ternyata Gunakan Teknologi Karya "Putra" Indonesia

Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menggunakan teknologi buatan "putra" Indonesia, yakni teknologi pemindai atau Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT).

Laman "dreamindonesia.wordpress.com" dalam rilis, Jumat, melaporkan ECVT adalah satu-satunya teknologi yang mampu melakukan pemindaian dari dalam dinding ke luar dinding seperti pada pesawat ulang-alik.

NASA mengembangkan sistem pemindai komponen dielektrik seperti embun yang menempel di dinding luar pesawat ulang-alik yang terbuat dari bahan keramik. Zat seperti itu bisa mengakibatkan kerusakan parah pada saat peluncuran karena perubahan suhu dan tekanan tinggi.

Adalah Warsito P. Taruno yang mengembangkan ECTV dari tugas akhir ketika menjadi mahasiswa S-1 di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia, Universitas Shizuoka, Jepang, tahun 1991.

Ketika itu, pria kelahiran Solo pada 1967 itu ingin membuat teknologi yang mampu "melihat" tembus dinding reaktor yang terbuat dari baja atau objek yang opaque (tak tembus cahaya), lantas dia melakukan riset di Laboratorium of Molecular Transport di bawah bimbingan Profesor Shigeo Uchida.

Tidak itu saja, Warsito melalui Ctech Labs (Center for Tomography Research Laboratory) Edwar Technology yang didirikannya telah memproduksi Robot bernama Sona CT x001, sebuah robot yang dibekali dua lengan untuk memindai tabung gas.

Alat ini sudah dipesan PT Citra Nusa Gemilang, pemasok tabung gas bagi bus Transjakarta. Perusahaan migas Petronas juga tertarik pada alat buatannya. Kini mereka masih dalam tahap negosiasi harga dengan perusahaan raksasa milik pemerintah Malaysia tersebut.

Edwar Technology juga mendapat pesanan dari Departemen Energi Amerika Serikat. Nilai pesanan lumayan besar, dengan nilai satu juta dolar AS atau sekitar Rp10 miliar.


sumber http://www.antarajatim.com/lihat/berita/33504/NASA-Ternyata-Gunakan-Teknologi-Karya-Putra-Indonesia
0 komentar

Pembangunan Kapal Perang Tempur PKR Pertama di Indonesia

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro me-launching pembangunan kapal perang tempur jenis Perusak Kawal Rudal (PKR) yang merupakan kapal perang tempur tpertama dan terbesar yang akan dibuat di Indonesia, Senin (16/8) di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta. Pembuatan kapal perang PKR tersebut akan dikerjakan oleh PT. PAL selaku industri pertahanan dalam negeri bekerjasama dengan negara lain, selaku pemenang tender.

Launching pembangunan kapal perang PKR dengan tema “Persembahan Anak Bangsa Untuk Bumi Persada Indonesia” tersebut, ditandai dengan pembukaan secara simbolis Selubung Mock Up Kapal perang tempur PKR oleh Menhan. Hadir dalam acara tersebut Panglima TNI Djoko Santoso, Kasal Laksama TNI Agus Suhartono, Wamenhan Letjen TNI Sjafri Sjamsoeddin, Sekjen Kemhan Mardya TNI Eris Haryyanto, S.IP, M.A. dan Dirut PT. PAL Harsusanto serta sejumlah pejabat di jajaran Kemhan, Mabes TNI dan Mabesal.

Selain itu, hadir pula pejabat perwakilan dari Kementerian Perindustrian, Kementerian Ristek, Kementerian BUMN, Bappenas dan Anggota Komisi I DPR RI serta perwakilan dari Damen di Indonesia.

Menhan dalam sambutannya mengatakan, setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, akhirnya Kemhan dapat me-launching pembangunan kapal perang PKR yang merupakan kapal perang tempur terbesar dan pertama yang akan dibangun di Indonesia yaitu di PT. PAL.

Menurut Menhan, launching pembangunan kapal perang PKR ini sangat penting, mengingat hal ini sejalan dengan salah satu prioritas pembangunan pada pemerintahan Kabinet Indonesia ke II yaitu membangun industri pertahanan dalam negari. Makna dari pembangunan industri pertahanan dalam negeri adalah semaksimal dan sedapat mungkin agar Alutsista TNI dibangun di dalam negeri.

“Launching pembangunan kapal perang PKR ini menjadi moment yang sangat penting, karena setelah Indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 1998, kemudian kita mencoba untuk membangun kembali industri pertahanan dalam negeri”, tambah Menhan.

Menhan mengatakan, pembangunan kapal perang PKR ini akan menjadi titik awal bangkitnya industri pertahanan dalam negeri khususnya industri kapal perang, dan selanjutnya diharapkan akan terus dapat membangun kapal sejenis ini berikutnya sehingga Indonesia di masa depan akan memiliki angkatan laut yang kuat.

Lebih lanjut Menhan menjelaskan, disamping digunakan untuk tugas – tugas tempur, kapal perang PKR juga diperlukan untuk memberikan deterrent effect atau efek gentar terhadap siapapun yang akan mencoba mengganggu kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI.


Menhan menambahkan, kapal perang PKR ini juga dapat digunakan dalam peace keeping mission atau misi penjaga perdamaian. Dalam misi perdamaian, Indonesia tidak hanya mengirimkan pasukan dari TNI AD, tetapi juga telah mengirimkan kapal perang dalam suatu naval mission di Lebanon.

Pada waktu itu, dengan Sigma Kelas sudah cukup berhasil dan diakui oleh NATO bahwa kapal perang TNI AL telah memenuhi standar dari kapal - kapal perang NATO. Dengan kehadiran kapal perang PKR ini, menurut Menhan diharapkan nantinya akan menempatkan Indonesia pada kelas yang lebih tinggi dan terhormat dalam kancah di dunia Internasional.

Selain itu, dengan pembangunan kapal perang PKR yang akan dibuat PT. PAL, juga membuktikan bahwa pemerintah dalam hal ini Kemhan dan TNI berkomitmen dalam mewujudkan kebijakan pertahanan yang pro kesejahteraan. Melalui pembangunan kapal perang PKR di PT.PAL, industri pertahanan pendukung dalam negeri lainnya akan tumbuh yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui penyerapan tenaga kerja.

Menhan mengatakan, walaupun dalam pembangunan kapal perang PKR pertama ini masih ada beberapa kekurangan yang harus terus diperbaiki, namun hal ini merupakan langkah perjalanan yang besar bagi industri pertahanan dalam negeri. “Walaupun di tempat lain pembangunan kapal perang PKR seperti ini sudah dilakukan, tetapi ini membuktikan bahwa suatu saat nanti Indonesia akan dapat tampil dan kuat di laut dalam mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI”, tambah Menhan.

Mengakhiri sambutannya, Menhan menyampaikan rasa bangga dan terimakasih kepada semua pihak baik Panglima TNI, Kasal dan tim yang dipimpin oleh Sekjen Kemhan yang telah bekerja keras bertahun - tahun dalam mempersiapkan dan mewujudkan pembangunan kapal perang PKR. Bertepatan dengan ulang tahun Kemerdekaan RI ke 65, ini adalah wujud persembahan dari anak bangsa di sektor pertahanan, seluruh jajaran Kemhan dan TNI.

Sementara itu, Sekjen Kemhan Mardya TNI Eris Haryyanto, S.IP, M.A saat membacakan narasi pembangunan kapal perang PKR mengatakan, dalam mewujudkan cita –cita mulia dan sebagai dedikasi kepada bangsa Indonesia, Kemhan dengan segenap stake holder berupaya mewujudkan pembangunan kapal perang tempur jenis PKR yang terbesar yang akan dibangun di industri pertahanan dalam negeri. Hal ini juga sebagai apresiasi industri pertahanan dalam berkontribusi guna pemenuhan kebutuhan Alutsista.

Lebih lanjut Sekjen Kemhan menjelaskan, desain kapal PKR ini telah mempertimbangkan dalam pemenuhan tuntutan operasional yang meliputi perkembangan lingkungan strategis, konsep pembangunan trimatra TNI dan program kemandirian Alutsista melalui Transfer of Knolage (TOK) dan Transfer of Technology (TOT).

Sementara itu dalam rancang bangun telah ditetapkan kriteria antara lain mampu dioperasikan sampai dengan batas terluar zona ekonomi eksklusif, memiliki fire power handal dan mampu menimbulkan dampak penangkalan, memiliki teknologi Senkomlek terkini dan terintegrasi serta dapat diup-grade sesuai dengan perkembangan teknologi dan mampu melaksanakan tugas – tugas SAR.

Sekjen Kemhan menambahkan, sasaran yang ingin dicapai adalah diharapkan PT. PAL sebagai industri strategis pertahanan dapat secara mandiri mampu mendesain dan memproduksi kapal jenis PKR, fregat dan kapal atas air lainnya.

Sekjen Kemhan mengatakan, pembangunan kapal PKR ini merupakan persembahan anak bangsa kepada bumi persada Indonesia dalam menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke 65 Tahun 2010 yang diharapkan akan meningkatkan posisi tawar dan daya saing bangsa Indonesia.

Proses pembangunan kapal perang PKR

Pembangunan kapal perang PKR ini diawali dengan pengajuan pengadaan satu buah kapal perang jenis PKR oleh TNI AL kepada Kemhan dan selanjutnya diproses melalui mekanisme yang ada dalam pengadaan Alutsista TNI.

Pembuatan kapal perang tersebut dikerjakan oleh PT. PAL selaku industri pertahanan dalam negeri yang akan bekerjasama dengan negara lain, selaku pemenang tender sebagai bagian dari alih teknologi. Berdasarkan perhitungan PT. PAL yang berbasis di Surabaya untuk pembuatan kapal perang PKR yang pertama dibutuhkan waktu sekitar 4 tahun.

Sebelumnya Kemhan juga telah menentukan negara Belanda dari tiga negara Eropa lainnya yang diusulkan menjadi rekan kerja, yakni Belanda, Italia dan Rusia. Di dalam ketetapan program pembangunan kapal perang jenis PKR tersebut, pihak Kemhan dan TNI AL telah mempersyaratkan kepada pemenang tender, dalam hal pembangunan kapal perang PKR pertama dilaksanakan sepenuhnya di PT. PAL dengan maximizing local content (porsi PT.PAL). Hak patent dari desain kapal perang PKR yang dipersenjatai dengan berbagai jenis Rudal menjadi milik bersama Kemhan dan pemenang tender.

Selain itu, Kemhan dan PT. PAL memiliki hak untuk menjual kapal yg sama ke negara ASEAN dan Asia, serta bila pemenang dari tender pembangun kapal perang PKR menjual kapal yg sama, PT. PAL mempunyai hak untuk men-supply engine room section dan accommodation section dalam rangka ‘ co-production ‘.

Beberapa hal lainnya yang mendukung program pembuatan kapal perang PKR tersebut, yakni kapal perang jenis PKR dibangun di divisi kapal perang, dimana manajemen & organisasi proyek yang meliputi engineering, procurement, construction dan finance dikelola secara terpisah dari kegiatan korporasi PT.PAL.

Proses pembangunan kapal perang PKR ini juga didasari oleh adanya suatu komitmen penuh dari pihak manajemen, karyawan PT. PAL serta para stake holder. Disamping itu diperlukan juga suatu komitmen investasi secara jelas dari partner untuk peningkatan kapasitas & fasilitas produksi divisi kapal perang.

Seleksi khusus dari setiap sumber daya manusia sebagai pelaksana yang terlibatpun di dalam proyek pembangunan kapal perang PKR tersebut juga harus sesuai kompetensi yang dibutuhkan.

Spesikasi kapal perang PKR

Kapal perang jenis PKR yang akan dibuat di Indonesia oleh PT. PAL dirancang dapat digunakan dalam beberapa misi operasi antara lain peperangan elektronika, peperangan anti udara, peperangan anti kapal selam, peperangan anti kapal permukaan dan bantuan tembakan kapal. Di samping itu kapal perang PKR tersebut dilengkapi dengan Rudal SAM, SSM dan Rudal anti kapal selam.

Spesifikasi dari kapal perang PKR tersebut antara lain memiliki panjang keseluruhan ± 105 meter, lebar ± 14 meter, kedalaman ± 8,8 meter, kecepatan (max / cruiser / ekon) ± 30/18/14 kn dengan kekuatan mesin utama ± 4 x 9.240 hp.

Kapal tersebut dilengkapi dengan perlengkapan radar untuk mendeteksi kapal selam dan pesawat udara, perlengkapan persenjataan diantaranya meriam kaliber 76 sampai 100 mm dan kaliber 20 sampai 30 mm, peluncur rudal ke udara dan senjata torpedo serta perlengkapan pendukung lainnya. Kapal ini juga dilengkapi dengan fasilitas helipad di deck kapal.
0 komentar

Dari Hilal, Bulan, ke Kebesaran Semesta

NINOK LEKSONO

Puasa demi puasa, Lebaran demi Lebaran, satu hal yang terus mengiringi adalah penetapan bulan baru, yang didasarkan oleh penglihatan (rukyat) atau penghitungan (hisab). Keduanya melambangkan kecerdasan manusia, dan karena itu sama-sama berkahnya, tidak perlu dipertentangkan.
Kedua metode juga diterima sebagai mazhab dalam ilmu astronomi, yang mempelajari langit dan serba isinya. Ada yang mempelajari semesta secara observasi, dengan teleskop yang makin lama makin canggih; tetapi juga ada yang mendapatkan pengetahuan tentang kosmos dengan kekuatan abstraksi yang didukung oleh ilmu matematika yang amat hebat.

Tentu, tentang Bumi dan Bulan, masih banyak yang dapat kita kaji, khususnya menyangkut masa depan hubungan Bumi-Bulan. Apakah akan terus berlangsung seperti yang kita lihat sekarang? Ahli tata surya (misalnya seperti yang berdiskusi di situs Astroprof’s) menyebut beberapa skenario.
Seiring dengan teori evolusi bintang yang menyebut Matahari akan mengembang menjadi bintang raksasa merah, maka Bumi-Bulan akan melayang di sekitar pinggir atmosfer Matahari. Bisa jadi Bumi tertarik oleh Matahari dan Bumi pun tamat riwayatnya.
Sebaliknya, kalau Bulan lebih terkena pengaruh tarikan Matahari, ia akan secara spiral mendekati Bumi dan gravitasi Bumi akan membuatnya pecah. Tetapi juga ada kemungkinan saat itu—boleh jadi mulai 1,5 miliar tahun ke depan—Matahari sudah mengecil sehingga gravitasinya ikut mengecil. Bumi-Bulan pun mungkin lepas dari pengaruh Matahari.

Satu fakta lain yang sudah diketahui sejauh ini adalah Bulan semakin menjauh dari Bumi, hingga dalam kurun satu miliar tahun lagi—semoga masih ada manusia yang sempat menyaksikannya—boleh jadi Bulan sudah tampak lebih kecil dan saat itu tidak ada lagi gerhana matahari.
Dalam kaitan ini pula, sejumlah ilmuwan berpendapat, dunia yang kita kenal sejauh ini, dengan semua pemandangan alam yang kita kenal baik, mungkin tidak ada bila tak ada Bulan, seperti yang kita kenal selama ini, tentu juga dengan jarak yang ada sekarang ini (sekitar 385.000 km).

Alam semesta baru

Dalam derap kemajuan ilmu astronomi— yang bukan saja mempelajari hingga sejauh Bulan, tetapi juga seantero tata surya, bahkan selingkup galaksi, dan bahkan juga sebatas pinggiran alam semesta yang jauhnya 13,7 miliar tahun cahaya—jelas Bumi-Bulan merupakan satu aspek kecil dalam konteks di atas. (Sekadar catatan, satu tahun cahaya > 9.500.000.000.000 km.)

Membalik-balik edisi khusus National Geographic terbaru tentang ”Alam Semesta Baru–di Sini, Sekarang, dan di Luar Itu” yang diberi kata pengantar oleh astronot Buzz Aldrin, tergetarlah hati dan pikiran kita.

Antara lain kita dibuat ternganga, Bumi yang menghampar luas dengan keliling 40.000 km di khatulistiwa dan bergaris tengah 12.000 km, yang sebetulnya membuat manusia harus merasa bak debu, sesungguhnya bak noktah saja dibandingkan Matahari.

Ya, Matahari yang terbit dan tenggelam dengan setia selama 4,5 miliar tahun terakhir adalah bintang sumber cahaya dan kehidupan di Bumi. Dalam rentang umur manusia, skala itu adalah keabadian, tetapi dalam skala kosmik, usia Matahari tergolong ”sedang” saja.

Namun, pada sisi lain, Matahari yang demikian sentral bagi kehidupan, dari sisi keanggotaan di Galaksi Bima Sakti (Milky Way), sungguh juga anggota biasa, dengan ukuran dan riwayat hidup yang biasa.

Dari montase foto Bima Sakti, Matahari dan planet-planetnya hanya noktah kecil di bagian pinggirnya. Matahari hanya satu dari 200.000.000.000 bintang yang ada di Bima Sakti. Ia mengelilingi pusat Bima Sakti sekali setiap 220 juta tahun. Boleh jadi itu waktu yang lamban, tetapi coba kalau diperiksa, kecepatan Bumi yang ikut dalam komedi putar kosmik ini saat mengelilingi pusat Bima Sakti adalah 917.000 km per jam (pesawat Concorde yang supersonik itu paling cepat terbang dengan kecepatan 2.200 km per jam, Mach 2,02).

Yang lebih menakjubkan, di alam semesta sejauh ini diketahui ada sekitar 125 miliar galaksi. Kalau setiap galaksi setidaknya ada 100 miliar bintang, kita bisa menghitung, ada berapa banyak bintang di alam semesta!

Di luar pengetahuan akan jarak yang terus meluas itu, astronom juga tidak melupakan pekerjaan rumah untuk menjawab teka-teki yang masih ada tentang benda-benda langit yang ada di tata surya. Misalnya saja tentang Planet Venus, masih perlu dijawab, apakah satu saat di masa lalu Venus memiliki samudra? Bahkan untuk Bumi sendiri, teka-teki itu termasuk ”apa yang memunculkan kehidupan”?

Asal alam semesta

Memang sejauh ini sudah diterima, alam semesta bermula dari satu Dentuman Besar atau Big Bang, yang terjadi 13,7 miliar tahun silam.

Namun, teori Dentuman Besar ini bukannya bebas dari gugatan. Michael Lemonick dalam edisi khusus Discovery bertema Extreme Universe mengangkat isu ini. Ketika ditanyakan apakah saat alam semesta mulai, ruang dan waktu datang dari kenihilan, dua fisikawan menjawab ”tidak” secara meyakinkan.

Namun, sebaliknya, menurut fisikawan Paul Steinhardt, Big Bang—setidaknya—tidak muncul dari ketiadaan ruang dan waktu, tetapi dipicu oleh tubrukan antara alam semesta kita dan dunia tiga-dimensi lain yang tersembunyi di dimensi lebih tinggi.

Dengan segala kerumitannya, melibatkan teori canggih seperti String Theory yang luar biasa sukar, kosmologi juga terus berkembang, mencerminkan semangat manusia yang tiada surut untuk mengetahui kodratnya di alam semesta, yang dengan karya Steinhardt (bersama rekannya, Neil Turok) merupakan fenomena eksistensi siklik alias berulang.

Dalam konteks itulah di satu sisi kita terus memuliakan Bumi-Bulan, tetapi pada sisi lain juga perlu terbuka untuk memahami secara lebih paripurna adikarya Ilahi yang terhampar mahaluas ini. Dengan olah akal budi itulah religiositas kita setiap kali mendapatkan bobot dan pemaknaan baru ke aras lebih berkualitas.

Sumber : Kompas Cetak
0 komentar

Tahun Ini, Roket LAPAN Luncurkan Satelit

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional menargetkan pada 2010 sudah mampu mengorbitkan satelit sendiri. Demikian kata Kepala Pusat Teknologi Terapan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Dr Rika Andiarti di sela penyelenggaraan Kompetisi Roket Indonesia (Korindo) 2010 di Pantai Pandansimo, Bantul, Yogyakarta.

"Saat ini kami sedang mempersiapkan dengan matang rencana peluncuran roket pengorbit satelit. Saat ini mungkin baru akan meluncurkan satelit "Nano" dengan berat di bawah 10 kilogram," katanya, Sabtu (26/6/2010).

Menurut Rika Andiarti, satelit "nano" ini dapat difungsikan untuk pemantauan suhu udara maupun kelembabab udara dan data kecil atau sederhana yang disesuaikan dengan kemampuan satelit. "Ke depan kami targetkan mampu mengorbitkan satelit berukuran besar seperti yang digunakan untuk keperluan telekomunikasi dan lainnya," katanya.

Ia mengatakan, pihaknya saat ini sedang melakukan berbagai persiapan uji coba peluncuran roket pengorbit satelit. "Lima tahun ke depan kami harus sudah mampu memproduksi roket peluncur satelit berukuran besar, sehingga Indonesia tidak lagi meminta bantuan negara lain untuk mengorbitkan satelit," kata Rika .

Jamin keamanan

Sementara itu, Wakil Dekan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Prof Dr Djamasri menambahkan, dengan mengorbitkan sendiri satelit maka keamanan negara akan lebih terjamin. "Saat ini Indonesia masih meminta bantuan negara lain untuk mengorbitkan satelit, dan ini sangat rawan karena muatan roket dan satelit bisa disusupi kepentingan negara pengorbit satelit," katanya.

Profesor Djamasri mengatakan, teknologi kedirgantaraan khusunya tentang roket sangat bermanfaat dan bisa untuk berbagai kepentingan seperti mitgasi bencana. Teknologi kedirgantaraan juga sangat mendukung untuk kepentingan pertahanan Indonesia .

"Jika dari Pantai Pandansimo, Kabupaten Bantul kita mampu membuat roket dengan daya luncur antara 3.000 hingga 5.000 kilometer maka pertahanan akan semakin kokoh dan negara lain tidak akan seenaknya," katanya.

sumber kompas.com
0 komentar

Keren, Blimbing Wuluh Dapat Menghidupkan Lampu

Sunarto, guru sekolah menengah atas di Magetan, Jawa Timur, mampu membuat inovasi dari jus belimbing wuluh yang menghasilkan energi listrik dan mampu menghidupkan bola lampu selama satu bulan tanpa dimatikan.
Guru lulusan ITS Surabaya ini sejak lama mengamati potensi listrik yang tersimpan dalam belimbing wuluh. Melalui serangkaian percobaan, sampailah pada bentuknya seperti sekarang. Tidak sulit. Cukup siapkan satu gelas tanah, jus belimbing wuluh, serta lempeng tembaga dan seng sebagai elektroda.
Karena sederhana, Sunarto yakin semua orang bisa membuatnya. Tenaga listrik yang dihasilkan bisa dilipatgandakan dengan menambah ukuran. Mimpi Sunarto kini adalah mengembangkan cara penyimpanan yang lebih ringkas sehingga pembangkit tenaga belimbing wuluh ini mudah dibawa ke mana-mana.(*)
0 komentar

Pengorbit Mars Membuat Para Ilmuwan Kagum

Para ilmuwan dan pengamat antariksa terpukau oleh melimpahnya data yang dikirimkan wahana pengorbit NASA yang dikirim ke Mars.

Badan antariksa tersebut menyatakan, Rabu (3/3/2010), bahwa pengorbit bernama Mars Reconnaissance Orbiter telah mengirimkan data sebesar 100 terabit yang telah terkumpul sejak tahun 2006. Data sebanyak itu kira-kira sebanding dengan 3 juta lagu MP3.

Wahana pengorbit itu diluncurkan dari Florida tahun 2005 lalu tiba di Mars pada tahun 2006. Wahana ini merupakan pengintai tercanggih yang pernah dikirim ke planet merah itu.

Rich Zurek, ilmuwan proyek NASA dari bagian Laboratorium Daya Dorong Jet, mengaku kagum dengan kualitas gambar dan data lainnya yang dia terima. Data tersebut bisa membantu para ilmuwan lebih memahami planet itu.

Sekadar catatan, pengorbit itu tahun lalu sempat mengalami masalah komputer sehingga operasi ilmiahnya sempat terhenti. Namun, wahana tersebut kini sudah bekerja normal.
0 komentar

Wow, Kabut Nebula Berbentuk Kelelawar Angkasa

Sebuah foto kabut nebula yang tersembunyi di dekat gugus bintang Orion memperlihatkan bentuk seperti seekor kelelawar sedang membentangkan sayapnya akibat pancaran gas yang muncul dari pusatnya.
Adalah bintang-bintang di Orion yang memancarkan cahaya dan angin kuat sehingga menghasilkan bentuk unik yang kemudian dinamai NGC 1788 itu. Lingkungan yang amat dinamis tersebut membantu terbentuknya ”rahim perbintangan”, tempat bintang-bintang dilahirkan.
NGC 1788 adalah sebuah nebula pantul di mana gas dan debu memantulkan cahaya dari gugusan bintang-bintang muda. Hasilnya berupa bentuk gas bercahaya, seperti kelelawar mengembangkan sayapnya.
Foto yang diambil menggunakan teleskop MPG/ESO 2,2 meter milik Observatorium La Silla European Southern Observatory di Cile tersebut diumumkan Selasa (3/3/2010).
Bintang-bintang raksasa di Orion diyakini menjadi penyebab pancaran gas hidrogen di nebula yang tampak sebagai garis merah nyaris vertikal di sebelah kiri foto.
Sedikit saja bintang yang menjadi bagian nebula itu terlihat dalam foto karena sebagian besar tertutup debu raksasa di sekitarnya. Bintang paling jelas, HD 293815, terlihat di bagian atas kabut, sedikit dekat pusat nebula.
Hampir semua bintang di wilayah itu masih sangat muda, dengan usia rata-rata hanya jutaan tahun. Usia yang amat muda dibandingkan umur Matahari yang sekitar 4,5 miliar tahun
0 komentar

Nyawa Nyaris Melayang karena Petir Sambar Komputer

Bagi pengguna komputer yang terbiasa menyalakan komputer saat hujan sebaiknya berhati-hati. Sebab, Shayna McPaul nyaris kehilangan nyawanya ketika menggunakan komputer ketika hujan.

Peristiwa ini sendiri terjadi saat pemuda asal Queesland, Amerika Serikat tersebut sedang menyalakan komputer ketika hujan diiring petir. Nahas, petir tersebut menyambar komputer miliknya dan membuat Shayna terjungkal hingga satu meter dari tempat dia duduk.

Untungnya, Shayna tidak sampai kehilngan nyawanya karena hanya mengalami luka ringan saja. Demikian yang dilansir Telegraph, Kamis (14/1/2010).

"Ketika petir menyambar laptop, tubuh saya terjungkal. Ini sungguh mengagetkan," jelas Shayna.

Saat ini peristiwa tersebut sedang ditangani pihak berwajib, apalagi sebelumnya petir juga sering menyambar alat rumah tangga lainnya. (rah)
0 komentar

Hubble Tangkap Komet

Setelah berhasil melacak galaksi biru, kini teleskop Hubble milik Badan Antariksa Nasional AS (NASA) kembali menangkap pergerakan benda langit yang menakjubkan.

Pekan lalu, teleskop Hubble berhasil merekam bintang berekor atau komet. Benda langit ini terlihat melintas dalam lingkar sabuk planet Mars dan Jupiter. Prediksi astronomer, komet ini lahir akibat tubrukan dua asteroid dalam jarak 90 juta mil dari bumi. Sesaat setelah tubrukan, lahirlah bintang berekor. Gas dan debu menyelimuti komet, lalu menimbulkan cahaya yang terang. Objek tangkapan Hubble ini dinamakan P/2010 A2. Bagi orang awam, komet yang melintas dalam cahaya kebiruan ini tentu indah.

Tapi coba saja tanyakan pada ilmuwan tentang seluk-beluk tabrakan dua asteroid yang memunculkan komet bersinar itu, maka akan didapatkan jawaban yang lebih menakjubkan. Analisis sementara astronomer, dua asteroid yang mendahului lahirnya komet adalah asteroid yang sama dengan yang menabrak bumi 65 juta tahun lalu. Ketika asteroid berhasil menembus atmosfer bumi, secepat itu pula kehidupan di bumi porak-poranda, dan dinosaurus pun punah. Namun, analisis ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. NASA masih mengadakan investigasi lanjutan terkait komet tersebut.

”Kami terus melakukan investigasi untuk memahami peristiwa ini,” ungkap ketua investigator dari University of California di Los Angeles, David Jewitt. ”Lahirnya komet sepertinya didahului dengan tabrakan dua asteroid. Karena tekanan sinar matahari, asteroid saling bertabrakan, dan menyemburkan lapisan debu dan gas serupa ekor,” sambungnya. Lapisan gas dan debu yang terekam Hubble ini memang menyerupai komet. Namun, Jewitt mengaku belum bisa memastikan kebenarannya. ”Tampilan komet ini berbeda dari komet yang pernah kami teliti sebelumnya,” ujarnya.

Orbit P/2010 A2 diduga memiliki relasi dengan sekelompok asteroid yang dikenal dengan ”keluarga Flora”. Investigasi terus diupayakan, dan kami hanya bisa menunggu. Para ilmuwan berharap, penelitian yang tengah mereka lakukan sanggup memberi pemahaman kepada manusia tentang proses terbentuknya asteroid. Jika hasil investigasi sudah diperoleh, maka manusia bisa mewaspadai atau bahkan mencegah tabrakan asteroid ke bumi. ”Kami masih yakin bahwa dua asteroid itu saling menabrak, lalu menghancurkan satu dengan yang lain,” papar Jewitt.

Ilmuwan antariksa ini berharap rekan-rekannya mampu menggali misteri komet yang terekam lewat teleskop Hubble sehingga para ilmuwan secepatnya bisa mencari cara untuk mencegah tubrukan salah satu asteroid ke planet bumi. ”Atau mungkin saja kita mampu menghancurkan asteroid yang siap menabrak bumi,” paparnya. Untuk mewujudkan harapannya, NASA siap mengajukan proposal biaya sebesar USD16 juta. NASA berharap, program ini tidak dipangkas, seperti pemerintah AS berniat menghentikan misi pendaratan manusia di bulan yang tengah diperjuangkan NASA, program Constellation.

Temuan teleskop Hubble membuat NASA kian bangga. Sebelum tertampilnya komet misterius ini, Hubble berhasil menangkap gambar galaksi bersemburat biru. Bagi NASA, rekaman gambar galaksi biru sungguh luar biasa. Sebabnya, galaksi ultra biru ditemukan 600 juta tahun setelah terjadinya ledakan dahsyat yang mengawali terbentuknya alam semesta atau big bang. Menurut para ilmuwan NASA, galaksi ultra biru mulai terbentuk sekitar 13,7 miliar tahun lampau. Mereka memperkirakan, galaksi ultra biru terbentuk sebelum bintang-bintang besar lahir, perlahan meredup, dan akhirnya menjadi bintang mati.

Seperti rekaman gambar komet misterius, temuan galaksi ultra biru juga menjadi perbincangan hangat di kalangan para kosmolog. Selama ini, mereka mempercayai bahwa formasi galaksi alam semesta mulai terbentuk sekitar 1,5 juta tahun yang lalu. ”Galaksi ini telah membuat kami meninjau ulang 95 persen data perihal sejarah awal alam semesta,” beber Garth Illingworth, astronom dari University of California Santa Cruz (UCSC) sekaligus ketua tim survei teleskop Hubble. Selain Hubble, NASA punya ”pahlawan” yang lain. Teleskop Kepler namanya.

Awal tahun lalu, teleskop Kepler berhasil melacak keberadaan lima exoplanet. Jika dijelaskan secara singkat, exoplanet merupakan planet yang mengorbit bintang selain matahari di luar sistem tata surya. Kelima exoplanet temuan Kepler telah diberi kode, yaitu Kepler 4b,5b,6b, 7b dan 8b. Penemuan ini membuat NASA itu makin optimistis bahwa Kepler mampu mencapai target lain di bidang sains. (mbs)

sumber okezone
0 komentar

Google Earth Temukan Kawah Meteor Legendaris

Google Earth kembali jadi perangkat penting dalam riset para ilmuwan. Seorang akademisi di Macquire University, Australia, menemukan kawah di wilayah bernama Palm Valley berkat bantuan layanan peta online gratisan itu.

Kawah tersebut diklaim bukan sembarangan karena merupakan bekas tubrukan meteor dan yang lebih istimewa, terkait dengan cerita legendaris dari suku Aborigin. Konon dalam cerita Aborigin, zaman dahulu ada bintang yang jatuh ke bumi.

"Suku pribumi Australia mengisahkan banyak cerita mengenai bintang yang jatuh dari langit dengan suara sekeras geledek. Salah satu cerita mengungkap lokasi jatuhnya bintang di wilayah Northern Territory," tukas Duane Hamacher, sang penemu.

"Saya pun mencarinya melalui Google Earth, namun ketika menemukan sesuatu seperti kawah, saya tak dapat mempercayainya," tambahnya yang dilansir HeraldSun dan dikutip detikINET, Kamis (31/12/2009).

Ketika mengunjungi area itu bersama tim ilmuwan geofisika dan astrofisika, Hamacher meyakini Palm Valley memang merupakan kawasan kawah meteor kuno. Keterkaitan antara dongeng kuno Aborigin dengan lokasi penemuan kawah bekas tabrakan meteor ini tentunya amat menarik.

"Banyak cerita Aborigin berhubungan dengan kawah atau meteor. Meski beberapa kawah berusia jutaan tahun di mana tidak ada yang menyaksikannya secara langsung, namun sepertinya cerita itu tahu asal usulnya," pungkas Hamacher. ( fyk / faw )

sumber http://m.detik.com
0 komentar

Google Earth Lacak Kota yang Hilang

Para ilmuwan menemukan banyak tanda keberadaan kota legendaris bernama El Dorado, di hutan Amazon Brazil. Penemuan cukup spektakuler ini antara lain berkat bantuan layanan online Google Earth.

Tanda di permukaan tanah semacam itu memang sukar dilihat dari permukaan bumi. Namun berkat Google Earth yang menyajikan gambar detail dari satelit, berbagai penemuan menakjubkan terjadi.

Seperti dilansir FoxNews dan dikutip detikINET, Selasa (12/1/2010), misteri kota El Dorado telah menarik keingintahuan para petualang untuk menemukan keberadaannya sejak lama. Namun sampai kini, tak ada yang berhasil, bahkan tak jarang ada petualang tewas dalam misinya.

Berkat bantuan Google Earth, tiga orang ilmuwan Finlandia yaitu Martti Pärssinen, Denise Schaan dan Alceu Ranzi, tampaknya yang beruntung menemukan El Dorado. Melalui jurnal Antiquity, mereka mempublikasikan lebih dari 200 tanda di permukaan tanah di Amazon.

Para ilmuwan meyakini bentuk-bentuk yang ditemukan dari Google Earth tersebut, adalah sisa peninggalan El Dorado baik berupa jalan, jembatan dan sebagainya. Besarnya area temuan menimbulkan perkiraan bahwa El Dorado dahulu dihuni sampai 60.000 jiwa.

David Grann, penulis buku mengenai kota yang hilang juga meyakini pentingnya temuan tersebut tak bisa diremehkan. Tentunya diperlukan eksplorasi lebih lanjut untuk menindaklanjutinya.

"Selama berabad-abad, ilmuwan berasumsi kota di hutan itu merupakan semacam jebakan maut, di mana hanya suku primitif dan kecil yang eksis," jelasnya. "Namun temuan tersebut menunjukkan bahwa Amazon pernah menjadi rumah sebuah peradaban besar." ( fyk / faw )

sumber http://m.detik.com
0 komentar

"Matahari Tenang" Menyebabkan Cuaca Ekstrem

Mimpi orang-orang suku Aborigin mengenai bintang besar yang menghantam Bumi mendorong penemuan kawah kuno di Australia tengah.

Astronom Sydney Duane Hamacher menemukan sebuah kawah berbentuk mangkuk raksasa di Palm Valley, sekira 130 kilometer dari barat selatan Alice Springs dengan bantuan Google Earth.

Dia terinspirasi melakukan pencarian setelah mempelajari dongeng tradisional yang diceritakan masyarakat Arrernte mengenai meteorit yang jatuh ke danau bernama Puka.

Hamacher yang merupakan kandidat PhD di Macquarie University menyebutkan relaitas yang dia temukan sangat cocok dengan kisah mimpi yang diceritakan merupakan sebuah kasus yang kebetulan.

"Tapi jika memang benar, itu merupakan satu kebetulan yang sangat luar biasa," ujarnya seperti dikutip dari Sydney Morning Herald, Senin (28/12/2009).

Hamacher menjadi bagian dari sebuah tim yang dipimpin oleh astronom CSIRO Ray Norris yang mengeksplorasi kemungkinan orang-orang suku Aborigin sebagai astronom pertama di dunia. Menurut Hamacher, kalimat bijak yang diungkapkan orang Aborigin tradisional tentang langit sungguh mengesankan.

"Tidak mungkin bertahan hidup di benua seperti ini selama 50 ribu tahun lamanya dan tidak pula memiliki pengetahuan yang mendalam tentang alam di sekitar, termasuk langit malam," demikian bunyi kalimat bijak tersebut seperti diungkapkan Hamacher.

Dia mencari catatan sejarah cerita rakyat Aborigin dengan referensi ke komet, meteor dan dampak alam semesta serta mencari kecocokan peristiwa astronomi.

sumber kompas
0 komentar

Astronom Temukan Kawah Meteorit Berkat Google

Mimpi orang-orang suku Aborigin mengenai bintang besar yang menghantam Bumi mendorong penemuan kawah kuno di Australia tengah.

Astronom Sydney Duane Hamacher menemukan sebuah kawah berbentuk mangkuk raksasa di Palm Valley, sekira 130 kilometer dari barat selatan Alice Springs dengan bantuan Google Earth.

Dia terinspirasi melakukan pencarian setelah mempelajari dongeng tradisional yang diceritakan masyarakat Arrernte mengenai meteorit yang jatuh ke danau bernama Puka.

Hamacher yang merupakan kandidat PhD di Macquarie University menyebutkan relaitas yang dia temukan sangat cocok dengan kisah mimpi yang diceritakan merupakan sebuah kasus yang kebetulan.

"Tapi jika memang benar, itu merupakan satu kebetulan yang sangat luar biasa," ujarnya seperti dikutip dari Sydney Morning Herald, Senin (28/12/2009).

Hamacher menjadi bagian dari sebuah tim yang dipimpin oleh astronom CSIRO Ray Norris yang mengeksplorasi kemungkinan orang-orang suku Aborigin sebagai astronom pertama di dunia. Menurut Hamacher, kalimat bijak yang diungkapkan orang Aborigin tradisional tentang langit sungguh mengesankan.

"Tidak mungkin bertahan hidup di benua seperti ini selama 50 ribu tahun lamanya dan tidak pula memiliki pengetahuan yang mendalam tentang alam di sekitar, termasuk langit malam," demikian bunyi kalimat bijak tersebut seperti diungkapkan Hamacher.

Dia mencari catatan sejarah cerita rakyat Aborigin dengan referensi ke komet, meteor dan dampak alam semesta serta mencari kecocokan peristiwa astronomi.

sumber kompas
0 komentar

Aktivitas Matahari Memengaruhi Perubahan Iklim

Perubahan iklim global yang terjadi dalam beberapa dasawarsa terakhir ini tidak hanya ditentukan dari aktivitas manusia. Aktivitas siklus matahari juga diyakini turut memiliki andil terhadap terciptanya pemanasan global.

"Secara jangka panjang, faktor kosmogenik (aktivitas matahari) memiliki andil dalam perubahan iklim yang terjadi di bumi, meskipun itu tidak sebesar pengaruh yang dipicu faktor antropogenik atau aktivitas manusia," ucap peneliti utama bidang astronomi-astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Thomas Djamaluddin, di Bandung.

Menurutnya, beberapa peneliti di dunia bahkan menuding bahwa aktivitas matahari dalam memicu perubahan iklim lebih dominan ketimbang faktor manusia. Hal ini ditandai sejumlah parameter, di antaranya memanasnya planet-planet lain di sistem tata surya, khususnya Planet Mars.

Menurutnya, paham atau penelitian yang meyakini bahwa matahari memi liki andil di dalam memicu pemanasan global di bumi masih terbilang jarang. Meskipun ia termasuk kelompok yang meyakini adanya faktor kosmogenik itu. Namun, hingga saat ini belum ditemukan mekanisme dan penjelasan memuaskan mengenai kaitan faktor itu.

"Ada yang mengatakan, itu karena pengaruh perubahan sinar kosmik akibat aktivitas matahari. Kosmik ray ini juga menjadi bagian yang penting dalam menentukan kondensasi dan liputan awan hujan di bumi. Ada juga yang mengatakan, itu tercipta akibat perubahan tekanan rendah-tinggi di lautan Pasifik dalam kaitan dengan El Nino dan La Nina," tuturnya.
Belum adanya mekanisme yang pasti, ucapnya, menjadi tantangan bagi peneliti, termasuk dirinya. Namun, ia mengatakan bahwa yang bisa dilakukan manusia hanyalah melakukan mitigasi dan adaptasi mengurangi dampak akibat faktor antropogenik. "Ya kalau aktivitas matahari kan alami, kita tidak bisa berbuat apa-apa," ungkap alumnus Astronomi ITB ini.
0 komentar

Awas! Ada Asteroid Menuju Bumi

Bumi mungkin terancam oleh asteroid besar dan mungkin diperlukan kapal antariksa untuk membelokkan trayeknya, begitulah pernyataan Kepala Badan Antariksa Rusia Anatoly Perminov, Rabu (30/12/2009).

Anatoly Perminov menyatakan bahwa Badan Antariksa Rusia akan segera mengadakan pertemuan untuk mempertimbangkan misi ke Apophis, asteroid yang mengancam Bumi tersebut, demi menunda kiamat.

Perminov mengatakan di radio bahwa kalau proyek ini sudah disetujui, dia akan mengundang NASA, Badan Antariksa Uni Eropa, Badan Antariksa China, dan pihak lainnya untuk bergabung.

Berita ini mengejutkan Badan Antariksa Amerika Serikat yang berpendapat bahwa ancaman jatuhnya bongkahan batu yang kira-kira berukuran 270 meter itu ke Bumi pada 2029 kemungkinannya cuma 1 per 37, jadi kemungkinan besar tak akan terjadi.

NASA lebih berpendapat bahwa asteroid itu akan melewati Bumi, dan masih akan ada jarak aman sekitar 28. 968 km.

Namun, ada kemungkinan sangat kecil bahwa Apophis bisa menabrak Bumi pada 2035 walaupun sekali lagi kemungkinan ini yang tadinya 1 per 45.000 telah dihitung kembali dan mengecil jadi 1 per 250.000.

Namun, Perminov bersikeras bahwa asteroid itu adalah ancaman. Dia tak memberi detil jelas tentang bukti kemungkinan terjadinya tumbukan, tapi dia mengatakan bahwa dia telah diberi tahu para ilmuwan bahwa asteroid itu makin dekat.

"Saya tak ingat pastinya, tapi sepertinya (asteroid itu) bisa menabrak Bumi pada 2032," tuturnya. "Keselamatan banyak orang taruhannya. Kita harus mengalokasikan beberapa ratus juta dolar dan membangun sistem untuk mencegah terjadinya tabrakan daripada berdiam diri menunggu bencana terjadi dan matinya ratusan ribu orang."

Para ilmuwan telah lama mengemukakan berbagai teori strategi untuk membelokkan asteroid.


Ada yang mengusulkan mengirimkan semacam satelit untuk mengorbiti asteroid itu agar perlahan-lahan trayeknya berubah. Ada juga yang mengusulkan mengirim pesawat antariksa untuk menabrak asteroid itu sehingga momentumnya berubah atau menggunakan senjata nuklir untuk menembaknya.

Perminov tak mengumumkan detil apa-apa tentang proyek itu karena menurutnya masih banyak hal yang harus dipikirkan dulu. Namun, dia mengatakan bahwa misi itu tak akan memakai senjata nuklir.

Film Hollywood Deep Impact dan Armageddon telah menggambarkan misi antariksa untuk mencegah bencana Bumi ditabrak benda ruang angkasa. Di kedua film itu para awak kapal memakai senjata nuklir untuk mencegah tabrakan.

"Menurut perhitungan masih sempat dibuat suatu pesawat antariksa khusus yang bisa mencegah tumbukan tanpa menghancurkan asteroid itu dan tanpa meledakkan senjata nuklir apa pun," kata Perminov, "Ancaman tumbukan bisa dihindari."

Boris Shustov, Kepala Institut Astronomi milik Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia, menyambut pernyataan Perminov sebagai tanda bahwa para petinggi akhirnya menyadari ancaman asteroid secara umum.

"Apophis hanyalah contoh, masih banyak benda-benda ruang angkasa lain yang tak kita ketahui," dia menyatakan pada kantor berita RIA Novosti.

sumber kompas