0 komentar

Google Earth Temukan Kawah Meteor Legendaris

Google Earth kembali jadi perangkat penting dalam riset para ilmuwan. Seorang akademisi di Macquire University, Australia, menemukan kawah di wilayah bernama Palm Valley berkat bantuan layanan peta online gratisan itu.

Kawah tersebut diklaim bukan sembarangan karena merupakan bekas tubrukan meteor dan yang lebih istimewa, terkait dengan cerita legendaris dari suku Aborigin. Konon dalam cerita Aborigin, zaman dahulu ada bintang yang jatuh ke bumi.

"Suku pribumi Australia mengisahkan banyak cerita mengenai bintang yang jatuh dari langit dengan suara sekeras geledek. Salah satu cerita mengungkap lokasi jatuhnya bintang di wilayah Northern Territory," tukas Duane Hamacher, sang penemu.

"Saya pun mencarinya melalui Google Earth, namun ketika menemukan sesuatu seperti kawah, saya tak dapat mempercayainya," tambahnya yang dilansir HeraldSun dan dikutip detikINET, Kamis (31/12/2009).

Ketika mengunjungi area itu bersama tim ilmuwan geofisika dan astrofisika, Hamacher meyakini Palm Valley memang merupakan kawasan kawah meteor kuno. Keterkaitan antara dongeng kuno Aborigin dengan lokasi penemuan kawah bekas tabrakan meteor ini tentunya amat menarik.

"Banyak cerita Aborigin berhubungan dengan kawah atau meteor. Meski beberapa kawah berusia jutaan tahun di mana tidak ada yang menyaksikannya secara langsung, namun sepertinya cerita itu tahu asal usulnya," pungkas Hamacher. ( fyk / faw )

sumber http://m.detik.com
0 komentar

Google Earth Lacak Kota yang Hilang

Para ilmuwan menemukan banyak tanda keberadaan kota legendaris bernama El Dorado, di hutan Amazon Brazil. Penemuan cukup spektakuler ini antara lain berkat bantuan layanan online Google Earth.

Tanda di permukaan tanah semacam itu memang sukar dilihat dari permukaan bumi. Namun berkat Google Earth yang menyajikan gambar detail dari satelit, berbagai penemuan menakjubkan terjadi.

Seperti dilansir FoxNews dan dikutip detikINET, Selasa (12/1/2010), misteri kota El Dorado telah menarik keingintahuan para petualang untuk menemukan keberadaannya sejak lama. Namun sampai kini, tak ada yang berhasil, bahkan tak jarang ada petualang tewas dalam misinya.

Berkat bantuan Google Earth, tiga orang ilmuwan Finlandia yaitu Martti Pärssinen, Denise Schaan dan Alceu Ranzi, tampaknya yang beruntung menemukan El Dorado. Melalui jurnal Antiquity, mereka mempublikasikan lebih dari 200 tanda di permukaan tanah di Amazon.

Para ilmuwan meyakini bentuk-bentuk yang ditemukan dari Google Earth tersebut, adalah sisa peninggalan El Dorado baik berupa jalan, jembatan dan sebagainya. Besarnya area temuan menimbulkan perkiraan bahwa El Dorado dahulu dihuni sampai 60.000 jiwa.

David Grann, penulis buku mengenai kota yang hilang juga meyakini pentingnya temuan tersebut tak bisa diremehkan. Tentunya diperlukan eksplorasi lebih lanjut untuk menindaklanjutinya.

"Selama berabad-abad, ilmuwan berasumsi kota di hutan itu merupakan semacam jebakan maut, di mana hanya suku primitif dan kecil yang eksis," jelasnya. "Namun temuan tersebut menunjukkan bahwa Amazon pernah menjadi rumah sebuah peradaban besar." ( fyk / faw )

sumber http://m.detik.com
0 komentar

"Matahari Tenang" Menyebabkan Cuaca Ekstrem

Mimpi orang-orang suku Aborigin mengenai bintang besar yang menghantam Bumi mendorong penemuan kawah kuno di Australia tengah.

Astronom Sydney Duane Hamacher menemukan sebuah kawah berbentuk mangkuk raksasa di Palm Valley, sekira 130 kilometer dari barat selatan Alice Springs dengan bantuan Google Earth.

Dia terinspirasi melakukan pencarian setelah mempelajari dongeng tradisional yang diceritakan masyarakat Arrernte mengenai meteorit yang jatuh ke danau bernama Puka.

Hamacher yang merupakan kandidat PhD di Macquarie University menyebutkan relaitas yang dia temukan sangat cocok dengan kisah mimpi yang diceritakan merupakan sebuah kasus yang kebetulan.

"Tapi jika memang benar, itu merupakan satu kebetulan yang sangat luar biasa," ujarnya seperti dikutip dari Sydney Morning Herald, Senin (28/12/2009).

Hamacher menjadi bagian dari sebuah tim yang dipimpin oleh astronom CSIRO Ray Norris yang mengeksplorasi kemungkinan orang-orang suku Aborigin sebagai astronom pertama di dunia. Menurut Hamacher, kalimat bijak yang diungkapkan orang Aborigin tradisional tentang langit sungguh mengesankan.

"Tidak mungkin bertahan hidup di benua seperti ini selama 50 ribu tahun lamanya dan tidak pula memiliki pengetahuan yang mendalam tentang alam di sekitar, termasuk langit malam," demikian bunyi kalimat bijak tersebut seperti diungkapkan Hamacher.

Dia mencari catatan sejarah cerita rakyat Aborigin dengan referensi ke komet, meteor dan dampak alam semesta serta mencari kecocokan peristiwa astronomi.

sumber kompas
0 komentar

Astronom Temukan Kawah Meteorit Berkat Google

Mimpi orang-orang suku Aborigin mengenai bintang besar yang menghantam Bumi mendorong penemuan kawah kuno di Australia tengah.

Astronom Sydney Duane Hamacher menemukan sebuah kawah berbentuk mangkuk raksasa di Palm Valley, sekira 130 kilometer dari barat selatan Alice Springs dengan bantuan Google Earth.

Dia terinspirasi melakukan pencarian setelah mempelajari dongeng tradisional yang diceritakan masyarakat Arrernte mengenai meteorit yang jatuh ke danau bernama Puka.

Hamacher yang merupakan kandidat PhD di Macquarie University menyebutkan relaitas yang dia temukan sangat cocok dengan kisah mimpi yang diceritakan merupakan sebuah kasus yang kebetulan.

"Tapi jika memang benar, itu merupakan satu kebetulan yang sangat luar biasa," ujarnya seperti dikutip dari Sydney Morning Herald, Senin (28/12/2009).

Hamacher menjadi bagian dari sebuah tim yang dipimpin oleh astronom CSIRO Ray Norris yang mengeksplorasi kemungkinan orang-orang suku Aborigin sebagai astronom pertama di dunia. Menurut Hamacher, kalimat bijak yang diungkapkan orang Aborigin tradisional tentang langit sungguh mengesankan.

"Tidak mungkin bertahan hidup di benua seperti ini selama 50 ribu tahun lamanya dan tidak pula memiliki pengetahuan yang mendalam tentang alam di sekitar, termasuk langit malam," demikian bunyi kalimat bijak tersebut seperti diungkapkan Hamacher.

Dia mencari catatan sejarah cerita rakyat Aborigin dengan referensi ke komet, meteor dan dampak alam semesta serta mencari kecocokan peristiwa astronomi.

sumber kompas
0 komentar

Aktivitas Matahari Memengaruhi Perubahan Iklim

Perubahan iklim global yang terjadi dalam beberapa dasawarsa terakhir ini tidak hanya ditentukan dari aktivitas manusia. Aktivitas siklus matahari juga diyakini turut memiliki andil terhadap terciptanya pemanasan global.

"Secara jangka panjang, faktor kosmogenik (aktivitas matahari) memiliki andil dalam perubahan iklim yang terjadi di bumi, meskipun itu tidak sebesar pengaruh yang dipicu faktor antropogenik atau aktivitas manusia," ucap peneliti utama bidang astronomi-astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Thomas Djamaluddin, di Bandung.

Menurutnya, beberapa peneliti di dunia bahkan menuding bahwa aktivitas matahari dalam memicu perubahan iklim lebih dominan ketimbang faktor manusia. Hal ini ditandai sejumlah parameter, di antaranya memanasnya planet-planet lain di sistem tata surya, khususnya Planet Mars.

Menurutnya, paham atau penelitian yang meyakini bahwa matahari memi liki andil di dalam memicu pemanasan global di bumi masih terbilang jarang. Meskipun ia termasuk kelompok yang meyakini adanya faktor kosmogenik itu. Namun, hingga saat ini belum ditemukan mekanisme dan penjelasan memuaskan mengenai kaitan faktor itu.

"Ada yang mengatakan, itu karena pengaruh perubahan sinar kosmik akibat aktivitas matahari. Kosmik ray ini juga menjadi bagian yang penting dalam menentukan kondensasi dan liputan awan hujan di bumi. Ada juga yang mengatakan, itu tercipta akibat perubahan tekanan rendah-tinggi di lautan Pasifik dalam kaitan dengan El Nino dan La Nina," tuturnya.
Belum adanya mekanisme yang pasti, ucapnya, menjadi tantangan bagi peneliti, termasuk dirinya. Namun, ia mengatakan bahwa yang bisa dilakukan manusia hanyalah melakukan mitigasi dan adaptasi mengurangi dampak akibat faktor antropogenik. "Ya kalau aktivitas matahari kan alami, kita tidak bisa berbuat apa-apa," ungkap alumnus Astronomi ITB ini.
0 komentar

Awas! Ada Asteroid Menuju Bumi

Bumi mungkin terancam oleh asteroid besar dan mungkin diperlukan kapal antariksa untuk membelokkan trayeknya, begitulah pernyataan Kepala Badan Antariksa Rusia Anatoly Perminov, Rabu (30/12/2009).

Anatoly Perminov menyatakan bahwa Badan Antariksa Rusia akan segera mengadakan pertemuan untuk mempertimbangkan misi ke Apophis, asteroid yang mengancam Bumi tersebut, demi menunda kiamat.

Perminov mengatakan di radio bahwa kalau proyek ini sudah disetujui, dia akan mengundang NASA, Badan Antariksa Uni Eropa, Badan Antariksa China, dan pihak lainnya untuk bergabung.

Berita ini mengejutkan Badan Antariksa Amerika Serikat yang berpendapat bahwa ancaman jatuhnya bongkahan batu yang kira-kira berukuran 270 meter itu ke Bumi pada 2029 kemungkinannya cuma 1 per 37, jadi kemungkinan besar tak akan terjadi.

NASA lebih berpendapat bahwa asteroid itu akan melewati Bumi, dan masih akan ada jarak aman sekitar 28. 968 km.

Namun, ada kemungkinan sangat kecil bahwa Apophis bisa menabrak Bumi pada 2035 walaupun sekali lagi kemungkinan ini yang tadinya 1 per 45.000 telah dihitung kembali dan mengecil jadi 1 per 250.000.

Namun, Perminov bersikeras bahwa asteroid itu adalah ancaman. Dia tak memberi detil jelas tentang bukti kemungkinan terjadinya tumbukan, tapi dia mengatakan bahwa dia telah diberi tahu para ilmuwan bahwa asteroid itu makin dekat.

"Saya tak ingat pastinya, tapi sepertinya (asteroid itu) bisa menabrak Bumi pada 2032," tuturnya. "Keselamatan banyak orang taruhannya. Kita harus mengalokasikan beberapa ratus juta dolar dan membangun sistem untuk mencegah terjadinya tabrakan daripada berdiam diri menunggu bencana terjadi dan matinya ratusan ribu orang."

Para ilmuwan telah lama mengemukakan berbagai teori strategi untuk membelokkan asteroid.


Ada yang mengusulkan mengirimkan semacam satelit untuk mengorbiti asteroid itu agar perlahan-lahan trayeknya berubah. Ada juga yang mengusulkan mengirim pesawat antariksa untuk menabrak asteroid itu sehingga momentumnya berubah atau menggunakan senjata nuklir untuk menembaknya.

Perminov tak mengumumkan detil apa-apa tentang proyek itu karena menurutnya masih banyak hal yang harus dipikirkan dulu. Namun, dia mengatakan bahwa misi itu tak akan memakai senjata nuklir.

Film Hollywood Deep Impact dan Armageddon telah menggambarkan misi antariksa untuk mencegah bencana Bumi ditabrak benda ruang angkasa. Di kedua film itu para awak kapal memakai senjata nuklir untuk mencegah tabrakan.

"Menurut perhitungan masih sempat dibuat suatu pesawat antariksa khusus yang bisa mencegah tumbukan tanpa menghancurkan asteroid itu dan tanpa meledakkan senjata nuklir apa pun," kata Perminov, "Ancaman tumbukan bisa dihindari."

Boris Shustov, Kepala Institut Astronomi milik Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia, menyambut pernyataan Perminov sebagai tanda bahwa para petinggi akhirnya menyadari ancaman asteroid secara umum.

"Apophis hanyalah contoh, masih banyak benda-benda ruang angkasa lain yang tak kita ketahui," dia menyatakan pada kantor berita RIA Novosti.

sumber kompas